Kupi Beungoh
Korupsi, KPK, dan Perdamaian Aceh XII - Pokir dan Cerita Pertemuan di Pesawat Domestik tak Berjadwal
Disebalik Merin dan irwandi, sebagian publik Aceh juga sangat gembira, karena terbongkarnya praktek “pokir” DPRA yang telah berjalan bertahun-tahun.
Pasti mereka juga ikut telanjang, karena tak mungkin satu pihak telanjang, yang lainnya tak telanjang dalam membahas tanggung jawab bersama, apalagi bila memang benar dikaitkan dengan kepentingan bersama.
Peristiwa terbongkarnya “pokir" DPRA kali ini, sebenarnya sangat sederhana.
Eksekutif, dalam hal ini, pejabat gubernur masuk kde dalam gedung, sambil bertelanjang.
Segera setelah itu ia membuka pintu dan jendela kepada publik selebar-lebarnya dengan sengaja.
Publik kemudian melihat kejadian telanjang massal itu dengan terang benderang
Uniknya pejabat gubernur cepat menggunakan celana dalam, sehingga ia tidak sangat telanjang.
Yang nampak sangat telanjang kemudian adalah pimpinan DPRA berikut para anggotanya.
Namun yang pasti, kini publik tahu, semua yang berurusan dengan “pokir”, dari gubernur, pimpinan DPRA, dan para anggotanya, semua telanjang.
Kejadian itu paling kurang memberikan dua indikasi sangat buruk terhadap kepemimpinan Ahmad Marzuki.
Pertama,apapun alasannya, ia dengan sengaja telah bersekongkol, bukan tidak mungkin mensponsori, dengan legislatif dalam perencanaan anggaran yang berbau penyalahgunaan kekuasaan.
Ia bukan tidak mungkin juga telah mendorong para pimpinan DPRA untuk mengalokasikan jumlah dana pokir yang tidak biasa -ketua DPRA Pon Yahya, 135 milliar rupiah, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga: Korupsi, KPK, dan Perdamaian Aceh X - Tampok, Tumpok, dan Ca…
Marzuki tidak hanya telah mempermalukan pemerintah pusat yang “mengirimnya” untuk memimpin Aceh selama satu tahun.
Ia juga telah mempermalukan lembaga yang berasosiasi dengan dirinya, dalam hal ini Departemen Dalam Negeri.
Lebih dari itu ia telah mempermalukan berbagai lembaga lain yang berasosiasi dengan dirinya dalam perjalanan karirnya.
Sejumlah orang yang meyakinkan presiden Jokowi untuk mengangkat Marzuki sebagai petinggi Aceh, seharusnya juga merasa dipermalukan.
Genosida Gaza dan Dosa Besar Amerika |
![]() |
---|
Menjadikan Baitul Mal Aceh Sebagai Katalisator Kesejahteraan Rakyat |
![]() |
---|
Refleksi 20 Tahun Damai Aceh: Menanti Peran Anak Syuhada Menjaga Damai Aceh Lewat Ketahanan Pangan |
![]() |
---|
Utang: Membangun Negeri atau Menyandera Masa Depan? |
![]() |
---|
Melihat Peluang dan Tantangan Potensi Migas Lepas Pantai Aceh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.