Citizen Reporter
Atmosfer Ramadhan di Hongaria
Sungguh, cuaca yang sangat dingin bagi saya, mahasiswa dari negara beriklim tropis yang setiap harinya terbiasa dengan suhu di atas 30 derajat Celsius
Jadi, pada saat musim semi seperti sekarang ini, waktu puasa pertama dimulai pukul 03.47 pagi dan berbuka pada pukul 18.01. Kemudian, waktu Isya pukul 20.30 dan Tarawih akan selesai pada pukul 21.30.
Pada awal-awal hari bulan puasa kami masih bisa berbuka di masjid, tetapi pada puasa hari ke-4 diberlakukan 'daylight saving time' atau waktu musim panas sehingga jam dimajukan satu jam.
Sehingga waktu berbuka menjadi pukul 19.16 dan Isya pun juga maju pada pukul 20.52. Sedangkan jadwal bus tidak berubah, sehingga sulit bagi saya untuk berbuka hingga shalat Tarawih di masjid karena akan ketinggalan bus.
Saat ini secara keseluruhan waktu berpuasa di Hongaria sekitar 15 jam selama musim semi ini.
Waktu perkuliahan yang cukup panjang durasinya, kadang membuat saya harus berlarian ke masjid untuk bisa berbuka puasa dan shalat Magrib.
Namun, tetap saja telat, karena berbuka puasa pada pukul 18.57, sedangkan perkuliahan selesai pukul 19.00 malam.
Sungguh hal yang seperti ini tidak saya rasakan ketika berpuasa di kampung. Namun, bagi saya hal positifnya adalah ketika berpuasa dalam suasana di mana semua orang berpuasa, kedai-kedai makanan tutup, tidak ada aroma kopi pagi hari.
Maka berpuasa menjadi lebih mudah. Namun, di sini melihat orang makan, kedai-kedai roti dengan aroma yang cukup menggugah selera serta aroma kopi pagi hari merupakan suatu tantangan tersendiri dalam menjalani ibadah puasa di perantauan.
Menjadi lebih kuat, lebih mandiri dalam mengelola waktu dan ibadah, serta tentunya menjadi lebih dekat dengan sang Pencipta.
Penduduk muslim di Hongaria umumnya adalah para imigran yang datang untuk belajar dan bekerja, dan di sini mayoritas masyakatnya beragama Kristen Katolik dan Advent, sebagian lagi ada yang beragama Yahudi.
Jadi, pemahaman tentang Islam sangat kurang bahkan tidak ada yang memahaminya sama sekali.
Namun, saat ini dikarenakan banyak mahasiswa internasional yang bersekolah di Hongaria, dan datang dari berbagai negara, seperti Indonesia, dari Timur Tengah, seperti Jordania, Oman, ada juga dari Uzbekistan dan Turki serta dari negara-negara di Afrika Utara seperti Aljazair, Tunisia, Moroko, Sudan, jadi sudah terlihat banyak yang berhijab.
Masyarakat Hongaria pun sudah mulai terbiasa dengan muslim, shalat, dan Ramadhan. Alhamdulillah, walaupun pemahaman itu tumbuh secara pelan-pelan.
Harapan saya, semoga semakin ramai muslim yang datang ke sini memperkenalkan Islam kepada masyarakat Eropa, khususnya Eropa Tengah ini.
• VIDEO Dipecat dari Direktur Penyelidikan, Brigjen Endar Tak Punya Akses Lagi Masuk Ruangan KPK
• Cerita Soimah Dikejar-kejar Oknum Pajak, Diperlakukan Bak Koruptor hingga Bawa Debt Collector
• Tips Pilih Pembalut yang Aman untuk Wanita, Seksolog dr Boyke Anjurkan Tidak Mengandung Bahan Ini
Atmosfer Ramadhan
Hongaria
Ramadhan di Hongaria
Szeged
Citizen Reporter
Serambinews
Serambi Indonesia
IKOeD Peusijuek Alumni Leting Intelegencia Generation 2025 di Pantai Lampu’uk |
![]() |
---|
Dinamika Spiritual dan Teknis dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji Modern |
![]() |
---|
Dari Aceh Menuju Makkah Ibadah Haji yang Mengajarkan Arti Keluarga |
![]() |
---|
Mengintip Geliat Industri Halal di Rusia |
![]() |
---|
Pembelajaran Mendalam di Sydney Ternyata Aceh Sudah Sangat Siap |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.