Breaking News

Salam

HIV/AIDS Kini di Sekitar Kita, Maka Tak Boleh Abai

Sepatutnya pula Dinas Kesehatan Aceh Besar mendata dan memfasilitasi check up terhadap pasien-pasien yang terindikasi tertular virus HIV/AIDS.

Editor: mufti
India.com
HIV/AIDS 

HARIAN Serambi Indonesia edisi Sabtu (3/5/2023) lalu kem-bali mewartakan tentang HIV/AIDS. Tapi kali ini pemberitaannya fokus pada tanggapan Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Aceh Besar, Muhammad Iswanto yang mengaku kaget dan menanggapi serius kondisi daerahnya yang telah berbiak penyakit mematikan ini. Kekagetan Iswanto beralasan karena jumlah penderita HIV/AIDS di kabupaten ini tidak sedikit. Sesuai ekspose Dinas Kese-hatan Aceh Besar, jumlahnya mencapai 75 orang.

Ini memang bukan angka yang kecil untuk kasus HIV/AIDS yang mudah menular dan menyebar.
Apalagi bila dikaitkan dengan rumus bahwa yang terekspose itu hanyalah sekadar fenomena puncak gunung es. Di bawah-nya bisa saja terakumulasi banyak kasus, tapi belum terangkat ke permukaan.

Di luar itu, kasus di Aceh Besar ini memang pantas mengun-dang keprihatinan lantaran terpicu oleh perilaku homoseksual dan seks bebas yang dilakoni para penderitanya. Terhadap fakta ini kita pantas prihatin, mengingat Aceh Besar adalah bagian dari Provinsi Aceh yang sudah 20 tahun menerap-kan syariat Islam.

Tapi kenapa praktik freesex dan 'main bela-kang' khas kaum Sodom masih saja terjadi di sini dalam jum-lah banyak? Itu artinya, ada yang salah atau ada yang kurang terkait kesa-daran masyarakat dalam memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Padahal, sudah jelas kan bahwa Islam mengharam-kan seks bebas dan juga sodomi? Tapi kenapa di Aceh Besar yang banyak lembaga pendidikan agamanya, bahkan dayahnya, kasus HIV/AIDS ini justru terus meningkat sejak 2004. Mayori-tas penderitanya kini justru laki-laki, yakni 49 orang, sedangkan perempuan hanya 27 orang.

Data itu memperkuat asumsi bah-wa hubungan homosekslah yang menyumbang sehingga kasus ini menjadi banyak di Aceh. Asumsi kedua, pria Aceh masih ada yang doyan jajan di luar dan tertular di luar, lalu membawa virus mematikan tersebut ke Aceh dan bergaul dengan istrinya atau de-ngan wanita Aceh lainnya.
Nah, realitas yang kini terungkap di depan mata tersebut tidak boleh kita anggap enteng, apalagi apatis dalam meresponsnya.

Virus mematikan ini sudah berada di sekitar kita, oleh karena-nya kita tak boleh abai walau satu jam pun.
Sepatutnyalah semua warga mewaspadai dan bersama-sama mencegah serta mengantisipasi penularan penyakit tersebut. Masyarakat juga kita minta untuk lebih serius memperhatikan lingkungannya, juga keluarganya, apalagi salah satu penyebab terjadinya virus HIV di Aceh Besar ini adalah karena seks bebas dan homoseksual yang mendominasi.

Sepatutnya pula Dinas Kesehatan Aceh Besar mendata dan memfasilitasi check up terhadap pasien-pasien yang terindikasi tertular virus HIV/AIDS.

Sebaliknya, warga yang terinfeksi hendaknya segera melapor ke pusat pelayanan kesehatan terdekat dan dipastikan bahwa identitas penderita harus tetap dirahasiakan.

Selain itu tentu perlu peran penting tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menyosialisasikan bahaya virus HIV/AIDS ini. Sebagaimana dua tahun lalu kita begitu waspada membentengi diri agar tak terpapar virus corona, seperti itulah seharusnya kita kini mencegah agar kita sekeluarga tidak terinfeksi oleh virus yang dapat merontokkan daya tahan tubuh ini.

POJOK

Erdogan menang, warga Aceh gelar syukuran
Orang Aceh memang terkenal paling jago mem-bahagiakan presiden negara lain.

Pj Bupati Aceh Besar nyatakan HIV/AIDS harus dicegah bersama
Dan... jangan lupa sendiri-sendiri juga.

Denny Indrayana laporkan siasat tunda pemilu ke Megawati
Mega pastilah sudah tahu ulah petugas partainya...

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Banda Aceh Bukan Tempat Maksiat!

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved