Kupi Beungoh
Trend Bahasa Tutur Nir Etika Di Generasi Z
Salah satu Fenomena yang terjadi akibat perkembangan zaman saat ini yaitu dimana berbicara menggunakan bahasa tutur yang tidak santun
Oleh : Khairani Akrami*)
Semakin berkembangnya zaman membuat teknologi Ikut berkembang, tak bisa di pungkiri, mau tidak mau kita harus mengikuti perkembangan zaman.
Perkembangan zaman yang membuat teknologi ikut berkembang memang dapat membantu kita dalam berbagai aspek, salah satunya dalam menambah wawasan kita terkait budaya-budaya daerah lain bahkan dapat dengan mudah mengetahui segala informasi terkait Dunia, sehingga westernisasi mudah masuk kemasyarakat.
Oleh karena itu, kita harus menyadari dibalik segala kemajuan yang terjadi kita tidak boleh mengabaikan dampak Negatif yang ditimbulkan dari kemajuan ini.
Berkembangnya Teknologi membuat kita dapat dengan mudah melihat hal-hal yang sedang trending.
Tanpa adanya pilah pilih, semua orang dapat dengan mudah mebuat konten dan dapat disaksikan oleh berbagai kalangan, termasuk anak-anak, hal ini sangat disayangkan karena anak belum mengerti dan belum dapat memilah serta memilih mana tayangan yang baik dan yang tidakperlu dilihat.
Baca juga: Fenomena Pengemis dan Anak Jalanan di Banda Aceh, Tanggung Jawab Siapa?
Hal tersebut sangat merugikan karena anak merupakan seorang peniru ulung, tanpa butuh waktu lama anak dapat mengikuti segala hal yang dilihat dan didengarnya.
Salah satu Fenomena yang terjadi akibat perkembangan zaman saat ini yaitu dimana berbicara menggunakan bahasa tutur yang tidak santun (kasar) menjadi suatu hal yang wajar bahkan dianggap suatu trend dan gaul.
Saat ini mendengar seseorang berbicara dengan bahasa tutur yang tidak santun bukan lagi suatu hal yang langka, saat keluar rumah berjalan-jalan dan bertemu dengan anak-anak yang sedang bermain, mereka dapat dengan mudah dan santai mengucapkan bahasa yang tidak santun dan menggunakan kata-kata yang kasar yang mana berisikan makian terhadap temannya dan hal ini sudah dianggap hal yang wajar.
Bahkan jika kita tidak mengucapkannya kita menjadi seseorang yang aneh dan dapat disebut “kudet” kurang updet.
Tidak perlu jauh-jauh keluar rumah didalam rumah pun bisa mendengar bahasa yang tidak santun dan kasar dalam candaan kakak beradik atau dapat dengan mudah kita mendengarnya melalui handphone yang selalu berada dalam genggaman kita.
Bahasa tutur merujuk pada penggunaan bahasa secara lisan dalam komunikasi sehari-hari.
Ini mencakup penggunaan kata-kata, intonasi, dan ekspresi wajah dalam percakapan sehari-hari antara perorangan maupun kelompok.
Baca juga: Memandang Pro dan Kontra Game Online di Aceh
Bahasa tutur menggunakan bahasa secara langsung melalui pendengaran dan berbicara. Dalam bahasa tutur, penggunaan bahasa dapat bervariasi tergantung pada konteks, sosial, budaya, dan tingkat formalitas.
Misalnya, penggunaan bahasa yang digunakan dalam percakapan santai dengan teman dekat bisa berbeda dengan penggunaan bahasa yang digunakan dalam situasi formal seperti pidato atau presentasi di depan umum.
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.