Kupi Beungoh

Banjir Sarjana, Kering Lapangan Kerja

Peluang kerja yang terbatas akibat sektor pekerjaan tidak variatif di Aceh. Pemerintah Aceh sebatas mencari solusi alternatif

Editor: Amirullah
ist
Akhsanul Khalis, Staf Pengajar/dosen di kampus swasta di Banda Aceh. Riwayat pendidikan: Alumni Magister Administrasi Publik UGM. 

Karena selama ini dalam keyakinan masyarakat Aceh pekerja formal yang berlatar belakang lulusan universitas, terdidik, digaji perbulan adalah menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Alhasil menjadi ASN merupakan impian semua anak muda Aceh. Dengan sektor ketenagakerjaan yang kurang variatif itu, sarjana di Aceh yang baru lulus dari universitas cenderung mengandalkan kerja di sektor formal: kebanyakan bekerja di institusi Pemerintah Daerah. Walaupun bukan sebagai ASN, menjadi tenaga kontrak, honorer dengan gaji kecil pun tidak masalah.

Kita tidak menampik bahwa ada fenomena: kian banyak sarjana di Aceh mengandalkan bekerja pada sektor formal seperti di lembaga pemerintah maupun swasta, kendati mereka rela bekerja tanpa kontrak kerja yang jelas.

Dengan kondisi ketidakpastian, terkadang mereka harus berpikir pragmatis, daripada mutlak sebagai pengangguran, sebagian sarjana di Aceh terpaksa bekerja di ranah "abu-abu": dengan upah kecil, durasi jam kerja banyak, tidak adanya insentif dan jaminan kesehatan. Justru Ini kondisi yang akan berpengaruh kepada kualitas pekerjaan dan kesejahteraan hidup pekerja.

Sebatas solusi alternatif

Peluang kerja yang terbatas akibat sektor pekerjaan tidak variatif di Aceh. Pemerintah Aceh sebatas mencari solusi alternatif yaitu: kampanye kewirausahaan seperti Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di kalangan fresh graduate (lulusan baru).

Pemerintah Aceh dalam berapa tahun ini memang kelihatan sedang giat-giatnya menyebar motivasi menjadi entrepreneur.

Kedengarannya menarik dan meyakinkan. Kampanye mendorong anak-anak muda yang baru selesai kuliah agar mengambil bagian menggerakkan usaha mandiri memang mendapatkan sambutan luas di tengah masyarakat.

Solusi praktis itu tidak ada yang salah, tetapi itu kurang mengakomodasi kelas pekerja yang profesional; terdidik.

Tidak semua sarjana berlatar belakang dari kelas menengah atas. Terkadang kebanyakan sarjana ketika menjalani masa perkuliahan sangat terbatas sumber daya: fasilitas dan keuangan.

Mereka hanya tahu: kuliah mendapat ilmu dan setelah lulus, bekerja untuk menaikkan taraf hidup. Mereka berharap menjadi pekerja profesional, modalnya adalah menjual pikiran dan tenaga.

Seperti diketahui dalam piramida sosial, kelas pekerja lebih banyak. Tidak mudah mencapai posisi sebagai pemilik modal: butuh waktu, privilege dan sumber daya mapan. Dengan demikian sarjana di Aceh yang murni berlatar belakang sebagai kelas pekerja harus diakomodasi bekerja di sektor industri.

Potensi Industri

Menurut penulis, agar sarjana bisa bekerja di sektor Industri. Pemerintah Aceh perlu memastikan rencana strategis industri dulu. Dengan demikian terciptalah industrialisasi skala menengah dan besar di Aceh.

Tanpa pengembangan di sektor industri, ekonomi Aceh akan berjalan secara tradisional. Masyarakat Aceh akan terus tergantung dengan anggaran pemerintah dan dana otonomi khusus.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved