Jurnalisme Warga

Timphan, Sajian Khas Hari Raya di Aceh

Demikianlah bunyi pepatah Aceh yang mendeskripsikan bagaimana istimewanya timphan bagi mereka.

Editor: mufti
zoom-inlihat foto Timphan, Sajian Khas Hari Raya di Aceh
FOR SERAMBINEWS.COM
AZWAR ANAS, S.Pd., Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe dan Pegiat FAMe Chapter Lhokseumawe, melaporkan dari Lhokseumawe

AZWAR ANAS, Guru Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe dan Pegiat FAMe, melaporkan dari Aceh Utara

Uroe get buleun get, timphan mak peugoet beumeutume rasa” (Hari baik bulan baik, timphan buatan ibu harus dapat dirasa). Demikianlah bunyi pepatah Aceh yang mendeskripsikan bagaimana istimewanya timphan bagi mereka.

Pepatah ini menunjukkan timphan merupakan sajian istimewa yang selalu dirindukan masyarakat Aceh. Terutama pada momen-momen penting perayaan hari-hari besar, baik hari besar adat maupun agama, seperti pernikahan, peringatan maulid nabi, maupun hari raya, bahkan timphan dianalogikan sebagai salah satu motif untuk perantau pulang ke kampung halaman saat hari-hari penting tersebut.

Timphan merupakan panganan khas masyarakat Aceh yang dibuat dari bahan dasar tepung ketan dan pisang, serta dicampur dengan isian kelapa parut atau serikaya. Proses pembuatan timphan bisa dibilang gampang-gampamg susah, gampang bagi orang yang sudah terbiasa membuatnya, sukar bagi orang yang belum tahu cara khusus dalam membuatnya.

Saat ini bahan dasar pembuatan timphan juga sudah diolah dari bahan bukan hanya pisang, melainkan bisa juga dibuat dari labu, sukun, pepaya, bahkan ketela. Perbedaan bahan dasar ini membuat rasa timphan juga sedikit berbeda, tetapi tidak mengurangi keaslian cita rasa timphan yang tetap menggugah selera.

Pembuatan timphan diawali dengan mencampurkan pisang atau bahan lain seperti labu dan pepaya dengan tepung ketan dan diaduk sampai menjadi adonan. Setelah menyatu, perpaduan pisang dan tepung membentuk adonan berwarna kekuningan, jika bahan yang digunakan adalah pepaya, maka warna yang muncul sedikit kemerahan. Adanya bahan dasar ini membuat warna timphan menjadi menarik dan tetap alami tanpa menggunakan pewarna buatan sehingga tetap sehat untuk dikonsumsi.

Sementara, isian dalam timphan biasanya yang digunakan adalah parutan kelapa dan serikaya. Penggunaan isian ini tergantung pada selera masing-masing. Bagi yang menyukai parutan kelapa, maka isian dalam timphan diolah dari bahan dasar kelapa yang diparut dan dimasak dengan campuran gula sehingga terasa manis dan legit.

Ada juga yang memberikan campuran potongan nangka untuk menambah cita rasa parutan kelapa dengan aroma khas nangka yang semakin menambah selera. Sementara timphan yang paling populer adalah yang menggunakan isian serikaya, atau masyarakat Aceh biasa menyebutnya asoe kaya.

Serikaya yang digunakan dalam timphan diolah dari bahan dasar telur, gula pasir, dan santan. Setelah dimasak sampai matang, serikaya ini terasa begitu manis dan lembut dengan tekstur yang sedikit lembek. Lazimnya, serikaya yang digunakan untuk timphan berwarna hijau muda yang dihasilkan dari warna daun pandan yang ditumbuk dan memberikan aroma khas yang sedap dan nikmat. Mungkin karena hal inilah serikaya yang digunakan sebagai isian timphan biasanya disebut dengan asoe kaya yang berarti kaya akan isi. Kaya di sini dapat bermaksud kaya akan rasa serta kandungan vitamin dan protein yang baik untuk dikonsumsi.

Setelah dua bahan dasar pembuatan timphan tersebut disiapkan, selanjutnya yang perlu disediakan adalah kemasan yang digunakan untuk mengukus timphan, yaitu daun pisang. Daun pisang yang digunakan untuk mengukus timphan adalah daun pisang muda atau bagian pucuk pisang, dikenal dengan oen pucoek dalam bahasa Aceh.

Penggunaan daun pisang untuk mengukus timphan sudah digunakan di Aceh secara turun-temurun hingga sekarang. Bahkan, penggunaan daun pisang ditengarai juga untuk memberikan kesan tradisional pada timphan, di samping juga menjaga adonan timphan agar tetap utuh saat dikukus serta memberikan aroma timphan lebih sedap dan harum.

Perlu diperhatikan bahwa sebelum mengukus campuran adonan dan isi timphan, agar terlebih dahulu daun pisang diolesi dengan minyak sayur atau minyak goreng. Hal ini bertujuan untuk menjaga adonan timphan agar saat setelah dikukus dan matang dapat dibuka dengan mudah karena sudah diberikan pelicin berupa minyak sehingga timphan dapat dinikmati dengan utuh tanpa ada tekstur yang rusak akibat lengket dengan daun kukusan.

Langkah terakhir dalam pembuatan timphan adalah dikukus selama lebih kurang sepuluh menit. Kemudian timphan siap untuk dinikmati. Akan lebih nikmat jika langsung dikonsumsi dalam keadaan panas.

Tekstur timphan yang lembek dengan isian serikaya atau kelapa parut, memberikan rasa yang legit dan manis yang membuat timphan terus menjadi primadona hingga sekarang ini.

Sebagai masyarakat Aceh asli yang lahir, hidup, dan dibesarkan dalam lingkungan masyarakat Aceh, saya merasakan betul istimewanya timphan di kalangan masyarakat, khususnya saat hari raya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved