Opini
Pengikisan Adat Susila Orang Aceh
ngkapan ‘hukom ngon adat lage zat ngon sifeut’ menjadi petunjuk bahwa karakter orang Aceh merupakan akumulasi daripada budaya dan nilai agama.
Ketiga, adab dalam bekerja. Secara historis, orang Aceh itu memiliki etos belajar, kerja dan jihad yang tinggi. Ini tercermin pada beberapa ‘hadih madja’ berikut: “meunyo ek ta ayon ngon ta antok, lam bak jok jiteubit nira” (jika mau mengayun dan mengantuk-antuk, dalam batang Enau keluar nira), meugrak jaro, mumet gigoe (bergerak tangan, berantuk gigi), sara tajak-jak tamita situek, sara taduek-duek tacop keu tima (sambil jalan-jalan mencari upih, sambil duduk-duduk membuat timba), dan juga ungkapan “tuah ngen ta gagah, raseuki ngen ta ilah (tuah dengan keuletan, rezeki dengan berupaya). ‘Hadih madja’ ini memberikan penegasan bahwa, orang Aceh itu mesti memiliki etos kerja tinggi. Maka, orang Aceh masa kini harus produktif bukan konsumtif, rajin bukan pemalas dalam bekerja.
Keempat, adab dalam kehidupan sosial. Orang Aceh itu enggan mencampuri urusan orang lain. Ia menjadi pribadi yang peduli kepada sesama, tapi tidak mau mencampuri urusan privat individu lain dalam kehidupan sosial. Ini tercermin dalam ‘hadih madja’ berikut: “bak buet gob bek ta peuduli, bah meuseuki ureung teuka” (urusan orang jangan peduli, meski ia pendatang), “alee digop leusong digop, geutanyoe meutob pu kareuna” (antan di orang lesung di orang, kita bertikam apa sebabnya), “gop kap capli geutanyoe keueung, gob nyang madeung gata mita lha” (orang makan cabai kita yang pedas, orang yang berdiang kita yang cari kayu bakar).
Beginilah adat susila orang Aceh dalam kehidupan sosial sehingga antarmereka lahir suasana guyub dan harmonis. Sebab itu, adat susila orang Aceh sebagai sumber tata kesopanan yang berbasis kearifan lokal (local wisdom) mesti disosialisasikan kepada orang Aceh masa kini, terutama remaja dan pemuda Aceh. Agar, nilai-nilai moral yang sudah berlaku dalam kehidupan orang Aceh dapat diinternalisasikan kembali pada masa kini, baik di alam nyata (tatap muka) maupun maya (media sosial).
Dari sini diharapkan orang Aceh masa kini akan kembali menjadi pribadi yang pemaaf, santun dalam bertutur, berbudaya dalam bertindak, dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dalam berperilaku. Semoga!
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.