Breaking News

Citizen Reporter

Hati Tergetar di Tuol Sleng Genocide Museum Kamboja

Setiap negara memiliki sejarahnya sendiri dan di antara kisah-kisah gemilang, terdapat juga cerita kelam dan memilukan, seperti halnya di Kamboja.

Editor: mufti
IST
FAISAL, S.T., Kepala SMKN 1 Julok, Ketua IGI Aceh Timur, dan Tim Pengembang IT GTK Disdik Aceh, melaporkan dari Phnom Penh, Kamboja 

Penjaga melakukan pemeriksaan memastikan bahwa jeratan tidak longgar dan mencari benda-benda tersembunyi yang dapat digunakan untuk bunuh diri.

Seiring berjalannya waktu, beberapa tahanan berhasil mengakhiri hidup mereka sendiri sehingga penjaga menjadi sangat berhati-hati dalam memeriksa jeratan dan sel.

Hampir setiap kegiatan harus mendapatkan persetujuan dari penjaga penjara. Terkadang, tahanan dipaksa untuk makan kotoran dan minum urine mereka sendiri.

Kondisi yang tidak higienis di penjara menyebabkan berbagai penyakit kulit, kutu, ruam, dan masalah kesehatan lainnya.

Staf medis yang ada bertugas hanya untuk menjaga tahanan agar tetap hidup setelah mengalami luka-luka selama interogasi.

Ketika tahanan dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain untuk diinterogasi, wajah mereka harus ditutup. Baik penjaga maupun tahanan dilarang berbicara selama proses tersebut.

Di dalam penjara, kontak antara kelompok yang berbeda dilarang.

Penjara darurat Tuol Sleng menerapkan peraturan yang sangat ketat dan penganiayaan berat akan dijatuhkan kepada tahanan yang melanggar aturan tersebut.

Setelah berganti nama menjadi "Penjara Keamanan 21" atau "Kompleks S-21," penyesuaian struktur dimulai.

Bangunan dikelilingi dengan kawat berduri dialiri listrik, ruang kelas diubah menjadi sel-sel kecil yang dibatasi dinding beton dan ruang penyiksaan. Semua jendela ditutupi dengan jeruji besi dan kawat berduri untuk mencegah  tahanan lari.

Derita Korban di S-21

Tempat ini memiliki lima bangunan yang menghadap ke halaman berumput. Ruang interogasi dirancang dengan sederhana, hanya dilengkapi dengan meja dan kursi sekolah menghadap tempat tidur besi yang terbelenggu di setiap ujungnya.

Namun, ketidakmanusiaan penyiksaan yang dilakukan di tempat ini jelas terasa. Korban-korban disiksa dengan brutalitas yang tak terbayangkan, seperti: dipukuli, dicabuti kuku, dan disetrum.

Di bangunan lain, terdapat tembok khusus yang dipenuhi dengan foto ribuan penghuni S-21.

Setiap korban memiliki nomor yang diukir pada otot dada mereka, menandakan urutan masuk ke S-21.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved