Rohingya

HOAKS - Pengungsi Rohingya Masuk ke Indonesia karena Kesalahan Sistem dan Kelemahan Pertahanan RI

Poster tersebut adalah hoaks. Tidak ditemukan lembaga bernama Dewan Pusat, baik di pemerintahan Amerika Serikat maupun PBB.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
Kominfo
HOAKS - Pengungsi Rohingya Masuk ke Indonesia karena Kesalahan Sistem dan Kelemahan Pertahanan RI 

Aksi mahasiswa ini turut direspon oleh Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berada di New York, Amerika Serikat.

Melalui kantor berita resminya, News.un.org, aksi mahasiswa Aceh tersebut terjadi karena mereka telah terpapar informasi palsu alias hoaks yang berasal dari media sosial.

“Serangan tersebut bukanlah sebuah tindakan yang terisolasi, namun merupakan hasil dari kampanye online yang terkoordinasi yang berisi misinformasi, disinformasi dan ujaran kebencian terhadap para pengungsi,” lapor PBB, dikutip Rabu (3/1/2024).

Pernyataan PBB tersebut selaras dengan hasil studi Lembaga Ilmu Pengtahuan Indonesia (LIPI) yang dilakukan tahun 2018

Di mana, Provinsi Aceh menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang tinggi percaya berita bohong atau hoaks.

Provinsi di ujung barat Indonesia ini bertengger bersama Jawa Barat dan Banten dalam percaya hoaks.

Peneliti LIPI, Amin Mudzakir mengatakan, tangkapan informasi yang diterima dari masyarakat berasal dari media sosial.

Aksi mahasiswa mengusir serta melempar para pengungsi Rohingya di Balai Meuseuraya Aceh, Rabu (27/12/2023).
Aksi mahasiswa mengusir serta melempar para pengungsi Rohingya di Balai Meuseuraya Aceh, Rabu (27/12/2023). (SERAMBINEWS.COM/HENDRI ABIK)

Badan PBB urusan Pengungsi (UNHCR) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa pihaknya sangat terganggu melihat serangan massa mahasiswa di lokasi yang menampung keluarga pengungsi di Banda Aceh itu.

Dalam laporannya, massa menerobos barisan polisi dan secara paksa mengangkut 137 pengungsi Rohingya ke dalam dua truk.

Massa mahasiwa itu kemudian memindahkan mereja ke lokasi lain dan insiden tersebut telah membuat para pengungsi syok dan trauma.

“UNHCR masih sangat mengkhawatirkan keselamatan para pengungsi dan menyerukan kepada otoritas penegak hukum setempat untuk mengambil tindakan segera guna memastikan perlindungan bagi semua individu dan staf kemanusiaan yang putus asa,” kata pernyataan itu.

UNHCR menghimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai kampanye online yang terkoordinasi dan terstruktur dengan baik di platform media sosial.

Penyebaran misinformasi tersebut telah menyerang pihak berwenang, masyarakat lokal, pengungsi dan pekerja kemanusiaan yang menghasut kebencian dan membahayakan nyawa mereka.

“Masyarakat didesak untuk memeriksa ulang informasi yang diposting secara online, yang sebagian besar salah atau diputarbalikkan, dengan gambar yang dihasilkan AI dan perkataan yang mendorong kebencian yang dikirim dari akun bot,” pernyataan PBB.

Rohingya adalah masyarkat mayoritas Muslim yang melarikan diri dari gelombang penganiayaan di Myanmar, negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha. 

Hampir satu juta orang tinggal di kamp-kamp di Bangladesh dan lebih dari 1.000 orang tiba di Indonesia dengan kapal dalam beberapa bulan terakhir. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved