Jurnalisme Warga
Menghilangnya ‘Daruet Lam Blang’
“Daruet jinoe hana le lam blang/Belalang kini sudah tak ada lagi di dalam sawah,” kata seorang saudara yang sedang menginap di tempat saya, seraya men

Setelah direbus, belalang siap diolah menjadi beberapa menu lezat. Dapat digoreng, bisa juga dimasak kuah. Kuah daruet gurih dan ada manis-manisnya. Lezatnya bisa menghabiskan nasi sebakul. Daruet goreng juga begitu lezat. Tekstur dagingnya mirip dengan udang.
Jika daruet yang diperoleh banyak, orang-orang saling berbagi dengan tetangga dan keluarga yang tidak ikut ‘lhoh daruet’. Ada yang memberikan sejumlah daruet yang belum diolah. Si penerima bisa memasak sendiri sesuai selera masing-masing. Ada juga yang membagikan belalang yang sudah diolah, entah dimasak kuah ataupun digoreng. Keluarga kami cukup sering menerima hadiah olahan belalang ini dari para sanak saudara di sekeliling.
Belalang memiliki banyak kandungan gizi. Protein dan mineralnya cukup tinggi. Vitamin di dalamnya juga kaya. Pada masa itu belalang sungguh makanan favorit warga. Bahan baku mentah gratis diperoleh dari alam. Gizi tubuh terpenuhi. Sensasi di lidah terasa lezat kala menyantap masakan olahan dari belalang tersebut.
Tradisi ‘lhoh daruet’ setelah panen raya terus bertahan hingga menjelang akhir ‘90-an. Lalu, reformasi datang. Tirai konflik yang mencengkeram tanah ini terkuak. Suasana jadi terasa mencekam. Semua aktivitas di malam hari lenyap begitu saja. Kecuali ronda malam yang memang diwajibkan. Tidak ada yang berani mengambil risiko keluar rumah malam-malam jika tidak ada keperluan mendesak.
Sekitar empat tahun lalu, saya sempat menikmati kembali lezatnya kuah belalang. Pemberian sahabat kakak saya yang tinggal di kawasan Beureunuen, Pidie Jaya. Mereka bersama sekelompok kecil orang melakukan aktivitas ‘lhoh daruet’ di sawah dekat rumahnya. Sampai hari ini, itulah kali terakhir saya memakan daruet. Karena menurut sahabat kakak saya itu, belalang sudah langka juga di gampongnya. Menurutnya, belalang tak lagi mudah dijumpai setelah virus corona mewabah.
Keriuhan saat ‘lhoh daruet’ pun tinggal kenangan. Kerlap-kerlip cahaya di persawahan seusai panen raya menjadi kisah yang perlahan terlupakan. Ketika damai datang dan malam bukan lagi momok yang menakutkan, sang belalang justru menghilang. Sebuah ironi di sawah dan ladang-ladang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.