Salam

SDA Melimpah jangan Jadi ‘Kutukan’

Hasil laut yang melimpah berupa ikan saat ini justru menjadi beban bagi nelayan di pelabuhan perikanan samudera (PPS) Kutaraja Lampulo, Banda Aceh

Editor: mufti
Serambinews.com
Nelayan membuang hasil tangkapan ikan yang sudah busuk ke salah satu bak yang telah digali di PPS Kutaraja, Lampulo, Kamis (2/5/2024) 

KETERSEDIAAN sumber daya alam (SDA) yang melimpah mestinya menjadi peluang besar bagi suatu negara untuk me-makmurkan rakyatnya. SDA merupakan modal dasar dalam pembangunan ekonomi. Namun faktanya, kekayaan alam me-limpah tidak menjamin mendatangkan kesejahteraan suatu bangsa, malah justru menjadi ‘kutukan’ bagi rakyat di sejumlah negara, setidaknya itu terkesan terjadi di Indonesia.

Tak ada yang meragukan bahwa Indonesia kaya dengan sum-ber daya alam hutan, tambang, dan kemaritiman. Seperti juga tidak ada yang meragukan Indonesia masih berkutat dengan ke-miskinan dan ketimpangan.

Lihatlah kasus tata niaga dan perizinan tambang timah yang melibatkan PT Timah Tbk, di Bangka Belitung. Kasus ini disebut berpotensi merugikan negara hingga Rp 271 triliun. Praktis yang menikmati kekayaan alam itu hanya beberapa orang saja. Rakyat kebanyakan tetap dalam kubang kemiskinan. Lebih pa-rah lagi, lingkungan yang ditinggalkan hancur lebur. Butuh wak-tu puluhan tahun atau bahkan beberapa generasi untuk memu-lihkan kondisi lingkungan seperti semula.

Dalam konteks yang lebih mikro juga terjadi di Aceh. Hasil laut yang melimpah berupa ikan saat ini justru menjadi beban bagi nelayan di pelabuhan perikanan samudera (PPS) Kutara-ja Lampulo, Banda Aceh. Lebih dari 3 ton ikan hasil tangkapan harus dibuang. Karena jumlahnya melimpah, ikan-ikan ini hanya sedikit yang terjual. Sementara untuk menyimpannya dalam le-mari dalam jumlah sebanyak itu, tidak mungkin. Itu sebab ikan-ikan ini harus dibuang, dengan cara dikuburkan. Hasil melim-pah yang diperoleh di laut justru menjadi beban. Fenomena ini sudah terjadi sejak bertahun-tahu silam. Seakan tidak ada solu-si, selalu berulang pada tahun-tahun selanjutnya.

Petani di beberapa kabupaten di Aceh juga kerap mengalami hal serupa. Harga gabah turun drastis pada saat panen raya. Tapi apa boleh buat, petani tetap harus menjual dengan har-ga rendah karena kebutuhan sehari-hari yang mendesak. Seba-giannya malah digunakan untuk membayar utang pupuk, pesti-sida, dan biaya lain yang dipakai untuk membesarkan tanaman padi hingga panen. Gabah-gabah itu kemudian dibawa ke Me-dan untuk diolah dengan pabrik modern, lalu berasnya dijual kembali ke Aceh dengan harga tinggi.

Puluhan tahun silam, itu juga terjadi di Aceh Utara. Daerah berjulukan ‘petro dolar’ itu kaya raya sumber daya alam, khu-susnya di sektor energi. Ladang gas Arun menyimpan cadang-an gas yang sangat besar. Bahkan saat itu disebut-sebut me-miliki cadangan gas alam terbesar di dunia. Ladang gas Arun ditaksir menyimpan cadangan gas mencapai 17,1 triliun kaki kubik. Tapi semua itu hanya menjadi mesin penangguk uang bagi Jakarta. Aceh tetap saja miskin.

Semua kegemerlapan itu kini hanya tinggal cerita. Setelah mi-nyak dan gas disedot puluhan tahun, jumlah penduduk miskin di Aceh Utara dan sekitarnya tetap tinggi. Aceh bahkan tergolong pro-vinsi di urutan atas dalam hal kemiskinan di tingkat nasional.

Lalu, bagaimana cara membenahinya? Para pakar sebagian bersepakat bahwa kualitas SDM lebih penting ketimbang SDA. Buktinya, banyak negara yang miskin sumber daya alam, tapi rakyatnya bisa hidup makmur. Negara yang punya kualitas SDM tinggi bisa menjadi negara maju, makmur, dan modern.

Namun, seharusnya sumber daya alam yang melimpah diberikan oleh Allah SWT bisa mempercepat datangnya kemakmuran. Singkat kata, harus ada ekstra ikhtiar dan usaha, sehingga hasil alam melim-pah menjadi akselerator kesejahteraan masyarakat. Semoga.

POJOK

Hamas siap damai, Israel ngotot perang
Watak zionis memang tak bisa hidup berdampingan dengan manusia

Empat juta rumah kosong di Jepang
Ada-ada saja

DKP Aceh sarankan nelayan tangkap ikan secukupnya
Waduh, dibatasi supaya tak terbuang Pak, ya?

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Banda Aceh Bukan Tempat Maksiat!

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved