Kupi Beungoh
Empat Dekade 'MAN Tungkop', Ukir Sejarah Untuk Aceh
Cikal bakal MAN Tungkop berupa Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Kecamatan Darussalam, yang lebih dikenal dengan MAS Tungkop. Mulanya madrasah ini masih
Oleh: Azhar Abdullah Panton*)
MAN Tungkop adalah sebutan populer untuk Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Aceh Besar.
Madrasah ini bermula 40 tahun silam (1984), ketika tokoh masyarakat di wilayah Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar, berinisiatif mendirikan sebuah lembaga pendidikan menengah.
Gampong Tungkop menjadi pilihan, mengingat di daerah setempat telah berdiri Madrasah Ibtidaiah (MI) dan Madrasah Sanawiah (MTs).
Disamping itu letak wilayah Tungkop juga sangat strategis, karena berada di seputaran kawasan Komplek Pelajar dan Mahasiswa (Kopelma) Darussalam yang ditempati oleh tiga perguruan tinggi, yaitu Universitas Syiah Kuala (USK), Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (UINAR) dan Perguruan Tinggi Tgk Chik Pante Kulu.
Cikal bakal MAN Tungkop berupa Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Kecamatan Darussalam, yang lebih dikenal dengan MAS Tungkop. Mulanya madrasah ini masih filial (cabang) dari MAN 2 Aceh Besar (MAN Montasik).
Pendirian MAS Tungkop disertai dengan pembentukan badan pembina MAS Tungkop pada tanggal 5 Mei 1984.
Badan ini diisi oleh tokoh-tokoh masyarakat di Kecamatan Darussalam dan sekitarnya.
Baca juga: Gelar Bergengsi, Hidup Menggelandang Realita Pahit Sarjana Aceh
Beberapa diantaranya, dikemudian hari menjadi tokoh pendidikan Aceh seperti Safwan Idris dan Farid Wajdi Ibrahim yang keduanya pernah menjabat sebagai rektor UINAR.
Ada juga Badruzzaman Ismail yang pernah menduduki jabatan ketua Majelis Adat Aceh.
MAS Tungkop dinegerikan pada tanggal 25 November 1995 dan namanya diubah menjadi MAN Darussalam.
Penegeriannya diresmikan oleh Sekretaris Jenderal Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama) Republik Indonesia, Prof Dr H Chatib Quzwain pada tanggal 21 April 1996 (3 Zulhijah 1416 Hijriah).
MAN Tungkop memiliki luas bangunan 5.559 meter persegi yang terletak di atas tanah seluas 4.500 meter persegi.
Madrasah ini merupakan bagian dari Madrasah Terpadu Tungkop (MTT) yang ditempati bersama Raudathul Athfal (RA) Takrimah, MIN 20 Aceh Besar, dan MTsN 2 Aceh Besar.
MTT dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana pendukung pendidikan, seperti laboratorium komputer, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, dan perpustakaan.
Disamping itu komplek MTT juga dilengkapi dengan Musalla, gedung serbaguna, dan fasilitas olahraga.
Lebih dari 20 tahun sejak dinegerikan, MAN Tungkop menyandang nama MAN Darussalam Kabupaten Aceh Besar.
Baca juga: Sinergisitas Ulama dan Umara
Nama MAN 4 Aceh Besar disandang sejak 2016, dengan diterbitkannya keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 670 Tahun 2016 tentang Perubahan Nama Madrasah Aliyah Negeri, Madrasah Tsanawiyah Negeri, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Provinsi Aceh.
Sebelum 2020, MAN Tungkop adalah madrasah biasa-biasa saja yang tidak berjulukan model, unggulan, laboratorium, atau label hebat lainnya.
Baru tahun 2020 madrasah ini ditabalkan sebagai madrasah unggulan riset nasional oleh Kemenag RI. MAN Tungkop menjadi satu-satunya madrasah negeri di Aceh Besar yang ditetapkan sebagai madrasah unggulan riset nasional.
Tahun 2022, MAN Tungkop lolos penilaian Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM), sehingga menjadi pilot projek di Aceh.
Sejak didirikan, MAN Tungkop telah dipimpin oleh sebelas kepala madrasah. Kepala madrasah pertama dipercayakan kepada Wardi A Wahab.
Selanjutnya dijabat oleh Burhan Ali sejak 1 Oktober 1984. Burhan Ali adalah guru agama di PGAN Banda Aceh.
Burhan Ali dua kali menjabat sebagai kepala MAN Tungkop. Periode pertama 1984-1989 dan periode berikutnya 2000-2002.
Pada periode 1989-2000, MAN Tungkop dipimpin oleh A Djalil Mahmud. Beliau merupakan kepala madrasah dengan masa jabatan terlama dan berhasil mewujudkan penegerian MAN Tungkop.
Selanjutnya kepala madrasah keempat dan seterusnya dijabat oleh Uzair (2002-2005), Sri Rahayuningsih (2005-2007), Mustafa (2007-2011), Muntasyir (2011-2013), Hamdan (2013-2018), dan Nuranifah (2018-2022).
Kemudian 2022-2024 diduduki oleh Muhammad sebagai pelaksana tugas kepala madrasah dan sejak 10 Januari 2024 dijabat oleh Munzir.
Baca juga: Mungkinkah Masa Tunggu Haji Aceh Dipangkas?
Ukir Sejarah
Sepanjang usianya, aneka prestasi telah diraih MAN Tungkop.
Tak hanya di level kabupaten dan provinsi, di level nasional dan internasional pun ”bendera” MAN Tungkop telah berkibar.
Beberapa prestasinya tergolong fenomenal dan belum dimiliki oleh madrasah lainnya di Aceh.
MAN Tungkop adalah pengukir sejarah Aceh untuk guru berprestasi tingkat nasional.
Guru MAN Tungkop meraih dua kali juara satu tingkat nasional.
Pertama tahun 2008, untuk kategori Guru Madrasah Teladan. Prestasi ini adalah yang pertama sepanjang perjalanan madrasah di Aceh.
Sepuluh tahun kemudian (2018), guru MAN Tungkop kembali meraih juara satu kategori Guru Madrasah Aliyah Berprestasi Nasional.
Selanjutnya, tahun 2019 gurunya ada yang didapuk sebagai pemakalah terbaik dalam Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran Guru Madrasah.
Guru MAN Tungkop tidak hanya berprestasi di lingkungan Kemenag, mereka juga meraih prestasi nasional di lingkungan Kemendikbudristek.
Diantaranya, juara tiga Guru SMA/MA Berprestasi Tingkat Nasional 2014. Prestasi ini juga yang pertama bagi Aceh untuk jenjang guru SMA berprestasi.
Baca juga: Menikmati Keindahan Aceh hingga ke Ujung Barat
Prestasi nasional lainnya, pemenang KTI Simposium GTK (2015), dan Pemenang Lomba Penulisan Artikel Pendidikan Tingkat Nasional (2010).
Aneka prestasi ini menjadikan MAN Tungkop sebagai pemegang rekor Aceh untuk kategori guru madrasah berprestasi.
Guru MAN Tungkop juga berperan aktif dalam berbagai kegiatan di Direktorat GTK Madrasah, Kemenag RI.
Diantaranya dilibatkan dalam penulisan modul mata pelajaran kimia MA dan penulis buku Panduan Orang Tua dalam Pendampingan Belajar Anak pada Masa Pandemi COVID-19.
Salah seorang gurunya juga pendiri yang sekaligus dipercaya sebagai dewan redaksi jurnal pendidikan “MADARIS”, jurnal nasional yang diterbitkan oleh Kemenag RI.
Di ajang internasional, prestasi gemilang dan membanggakan ditoreh salah seorang alumni MAN Tungkop Takdir Feriza Hasan.
Ia meraih juara satu cabang tilawah MTQ Internasional di Turkiye tahun 2015.
Sebelum COVID-19 melanda dunia, ia kerap diundang oleh Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan untuk mengikuti haflah Alquran.
MAN Tungkop semakin mendunia melalui kiprah dan peran gurunya dalam berbagai kegiatan ilmiah bertaraf internasional.
Pada tahun 2003, dua guru sains MAN Tungkop, Nurchaili (kimia) dan Hanizar (fisika) mengikuti kursus sains dan matematika di SEAMEO-RECSAM, Penang, Malaysia yang didanai Pemerintah Aceh.
Di tahun yang sama, Nurchaili juga terpilih sebagai delegasi Indonesia pada Konferensi Dunia Sains dan Teknologi Pendidikan yang berlangsung di Malaysia yang didanai oleh Unesco.
Sebelumnya, tahun 2002 ia juga lolos seleksi kursus Bahasa Inggris di Queensland University, Australia.
Selain itu menjalani short course di Seoul National University (SNU), Korea Selatan (2019) dan diikutsertakan dalam kegiatan benchmarking pendidikan ke Eropa yang dibiayai oleh Kemendikbudristek (2015).
Demikian secuil kisah perjalanan MAN Tungkop yang telah empat dekade mewarnai pendidikan Aceh. Semoga semakin berjaya di masa mendatang.
*) Penulis, Azhar Abdullah Panton adalah Alumnus Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya DI SINI
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.