Breaking News

Kupi Beungoh

Secondary Trauma: Ancaman Tersembunyi dari Tayangan Kekerasan

Efek kekerasan memungkinkan setiap individu yang menyaksikan atau terpapar secara tidak langsung berpotensi terkena secondary trauma 

Editor: Amirullah
For Serambinews
Siti Hajar Sri Hidayati, S.Psi., M.A. Dosen Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry 

Oleh: Siti Hajar Sri Hidayati, S.Psi., M.A.

Rasanya saat ini, tidak ada satupun orang yang tidak mengetahui segala peristiwa  yang terjadi di dalam maupun luar negeri. Di era digital, di mana akses informasi bisa bergerak secara bebas, tanpa batas, dan bisa diketahui dengan cepat, tentu memberikan dampak positif dan juga negatif ibarat pisau bermata dua, terutama ketika kita melihat tayangan: ketidakadilan, kekerasan, kriminalitas, bahkan peristiwa perang yang melanda sejumlah negara di dunia saat ini.

Data terbaru menunjukkan bahwa dalam setahun terakhir, terdapat lebih dari 20 konflik kekerasan di seluruh dunia.

Jumlah konflik yang demikian besar menciptakan berbagai sumber penderitaan yang disiarkan secara luas. Dan disadari atau tidak, rata-rata orang menghabiskan lebih dari dua jam per hari untuk menonton konten atau membaca berita mengenai kekerasan dari medan konflik dan perang.

Mendapatkan informasi tentang situasi konflik di suatu negara hal ini tentu saja tidak hanya memupuk rasa empati terhadap orang yang tertindas, tetapi juga dapat membawa beban yang tak terlihat, lama kelamaan tanpa disadari memungkinkan dapat mengganggu kesejahteraan mental.

Paparan terhadap detailnya isi laporan peristiwa melalui gambar dan video yang mengandung unsur kekerasan berpotensi dapat berdampak pada kesehatan mental seseorang.

Terlepas dari seberapa jauh kita berada dari lokasi peristiwa terjadinya kekerasan yang sedang berlangsung, namun kita tetap bisa terhubung dengan penderitaan dan trauma manusia melalui perantara informasi media massa. Dalam kajian psikologi, hal ini disebut dengan secondary trauma.

Secondary Trauma Itu,

Efek kekerasan memungkinkan setiap individu yang menyaksikan atau terpapar secara tidak langsung berpotensi terkena secondary trauma atau trauma sekunder.

 Dalam ilmu psikologi, trauma sekunder merupakan pengalaman tekanan emosional yang dirasakan oleh individu secara tidak langsung akibat terpapar suatu peristiwa traumatis.

Secondary trauma mengacu pada perilaku dan emosi yang muncul secara alamiah yang sering kali diakibatkan oleh pengetahuan terhadap peristiwa traumatis yang dialami orang lain dan stres yang diakibatkan oleh pemberian pertolongan, atau ingin menolong orang yang mengalami trauma atau penderitaan.

Dalam beberapa penelitian, secondary trauma ini seringnya ditemukan pada pekerjaan yang berhubungan dengan penanganan kesehatan mental, seperti psikolog, psikiater, konselor korban kekerasan, serta petugas kebencanaan.

Namun, ada juga penelitian yang menemukan secondary trauma ini juga muncul pada mereka yang sering melihat tayangan kekerasan.

Misalnya, seseorang yang menyaksikan tayangan, mendengar, membaca berita perang sehingga terpapar dengan gambar kekerasan, penderitaan, dan kehilangan yang dialami oleh individu yang terlibat dalam konflik tersebut.

Paparan berulang terhadap gambar dan suara kekerasan dalam tayangan perang dapat memicu respons stres dan trauma pada individu.

Meskipun mereka tidak secara langsung terlibat dalam peristiwa tersebut, mereka dapat merasakan stres emosional yang mendalam, ketegangan, atau rasa takut yang seolah olah mereka terlibat secara langsung.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved