Citizen Reporter
‘Food Bank’ di Amerika, Inspirasi untuk Atasi Stunting di Aceh
Dalam reportase dari Negeri Paman Sam ini saya ingin menceritakan tentang bagaimana peran dari ‘food bank’ di Amerika untuk mengatasi ketahanan pangan
Sementara itu, prevalensi stunting di Provinsi Aceh saat ini masih tergolong tinggi. Berdasarkan data SSGI, pada tahun 2022 prevalensi stunting di Aceh sebesar 31,2 persen.
Jadi, berdasrkan data di atas, kehadiran ‘food bank’ di Aceh menjadi sesuatu yang relevan, bahkan mendesak. Selain membantu mengatasi permasalahan stunting, kehadiran ‘food bank’ juga mampu meningkatkan kesejahteraan para petani dan membantu mereka menjadi lebih mandiri.
Di Amerika Serikat, seperti yang saya amati dalam beberapa minggu terakhir, khususnya di Maryland, banyak petani yang berkolaborasi dan menjalin kemitraan dengan ‘food bank’ untuk mendistribusikan makanan kepada mereka yang membutuhkan.
Organisasi ini membeli langsung produk makanan dari para petani untuk didistribusikan kepada orang-orang yang membutuhkan tanpa melalui tengkulak atau agen. Model ini merupakan hal positif yang dapat diadopsi di Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan para petani di negara kita.
Kemudian, dalam menjamin keamanaan dan kualitas produk, ada beberapa langkah yang layak dilakukan. Pertama adalah pemeriksaan kualitas untuk menentukan apakah makanan tersebut layak atau tidak untuk dikonsumsi.
Kedua, memeriksa tanggal kedaluwarsa (expired) setiap produk makanan yang diterima dan memastikan bahwa hanya produk yang masih dalam konsidi baik yang layak didistribusiakan.
Ketiga, menyediakan tempat penyimpanan yang aman yang sesuai dengan persyaratan penyimpanan untuk menjaga kemanan dan kulitas produk.
Keempat, kerja sama dengan pemasok terpercaya dan memiliki standar keamanan yang tinggi untuk memastikan bahwa produk yang diterima aman untuk dikonsumsi.
Terkahir, melakukan pengawasan dan pengendaliann kualitas secara terus-menerus selama proses distribusi dan memastikan bahwa tidak ada makanan yang rusak atau terkontaminasi yang di distribusikan kepada masyarakat.
Agar ‘food bank’ dapat dibangun di Aceh dan bersifat berkelanjutan, dibutuhkan suatu lembaga khusus yang fokus dalam mengelola kegiatan tersebut. Lembaga ini merupakan sebuah lembaga nirlaba atau nonprofit yang di-support oleh pemerintah, perusahaan, ‘grant funding’, pihak swasta, dan masayarakat umum.
Lembaga ini nantinya akan menjalankan program-program yang dapat memberikan manfaat kepada seluruh lapisan masyarakat dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan ketahanan pangan, mengurangi ‘food waste’ (sampah makanan), dan tentunya dapat memberikan solusi dalam pencegahan stunting.
Kerja sama dengan berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk menginisiasi kehadiran dan memperkuat lembaga ini, terutama dalam hal pendanaan dan penyediaan bahan makanan.
Untuk pendanaan yang berkelanjutan, pemerintah, badan usaha milik negara (BUMN) dan BUMD, pihak swasta, dan NGOs harus menyediakan pendanaan kusus dalam mendukung lembaga ini. Pendanaan tersebut harus bersifat pasti, tetap, berkelanjutan, dan mudah diakses.
Selain dari sumber tersebut, lembaga ini juga akan melakukan ‘open donasi’ dari masyarakat umum.
Sedangkan sumber makanan dapat diperoleh dari petani dan dari perusahaan yang memproduksi makanan, seperti dari toko roti, hotel, restoran, warung kopi, dan dari supermarket yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar, atau di kabpaten/kota lainnya di provinsi bersyariat ini.
Hadirnya lembaga ini akan membantu pemerintah dan masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan pangan, kesehatan, dan lingkungan, serta membuka lapangan kerja baru di Aceh. Semoga dalam waktu dekat ada figur atau lembaga yang bergerak untuk memprakarsai kelahiran ‘food bank’ di Bumi Serambi Makkah ini.
Citizen Reporter
Penulis Citizen Reporter
Penulis CR
Food Bank di Amerika
Inspirasi untuk Atasi Stunting di Aceh
RIVAN RIVALDI
stunting di Aceh
Stunting
penyebab stunting
gejala stunting
cara mencegah stunting
Aplikasi 'Too Good To Go' Upaya Belgia Kurangi Limbah Makanan |
![]() |
---|
Kisah Sungai yang Jadi Nadi Kehidupan di Kuala Lumpur |
![]() |
---|
Mengelola Kehidupan Melalui Kematian: Studi Lapangan Manajemen Budaya di Londa, Toraja |
![]() |
---|
Saat Penulis Sastra Wanita 5 Negara Berhimpun di Melaka |
![]() |
---|
Saat Mahasiswi UIN Ar-Raniry Jadi Sukarelawan Literasi untuk Anak Singapura |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.