Kupi Beungoh
Teriakan Damai dari Gaza dan Tel Aviv: Harapan untuk Resolusi Konflik Palestina-Israel
Konflik Palestina dan Israel adalah salah satu konflik yang paling kompleks dan berkepanjangan di abad modern.
Konflik masih berlanjut hingga saat ini, dengan berbagai babak kekerasan dan upaya diplomatik yang gagal.
Pada tahun 2005, Israel menarik diri secara sepihak dari Jalur Gaza, tetapi wilayah tersebut segera diambil alih oleh Hamas, sebuah kelompok militan Palestina yang sering berbenturan dengan Israel.
Situasi ini menyebabkan blokade Israel terhadap Gaza, yang mengakibatkan kondisi kemanusiaan yang sulit.
Ketegangan kembali meningkat dengan serangkaian kekerasan pada tahun 2021, yang dipicu oleh penggusuran keluarga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem Timur dan bentrokan di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Serangan roket dari Gaza dan serangan balasan udara Israel menyebabkan ratusan korban jiwa dan kerusakan luas (Wirajaya, 2020).
Konflik antara Palestina dan Israel terus memanas di tahun 2024, dengan intensitas serangan yang meningkat di kedua belah pihak.
Sejak Oktober 2023, Israel telah melakukan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza.
Agresi ini dipicu oleh serangan Hamas terhadap wilayah selatan Israel, yang dianggap sebagai balasan atas tekanan dan serangan yang telah berlangsung lama terhadap Palestina (Tasya, 2023)
Wilayah Gaza, yang padat penduduk, menjadi titik pusat konflik dengan serangan udara, darat, dan laut dari Israel yang terus berlangsung.
Banyak warga sipil terjebak dalam situasi ini, menyebabkan pengungsian massal dan kehancuran infrastruktur yang signifikan.
Upaya internasional untuk menghentikan konflik ini masih menghadapi hambatan.
Dewan Keamanan PBB berusaha membuat resolusi gencatan senjata, namun Amerika Serikat telah beberapa kali menggunakan hak vetonya terhadap resolusi tersebut, yang dinilai bisa menghambat negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Dilansir dari voaindonesia.com bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kali ini bersumpah untuk “menghancurkan” kepemimpinan Hamas di Gaza.
Hal ini tentu akan membuat perang di wilayah tersebut semakin berkecambuk yang turut diperparah dengan dukungan negara-negara sekutu atas penyerangan yang dilakukan Israel ke wilayah Palestina.
Jadi, jika kita fokus melihat perbedaan invasi dan perang antara Palestina dan Israel sejak dahulu dan sekarang, maka kita akan menemukan fakta bahwa konflik yang terjadi saat ini cenderung menegasikan asas kemanusiaan dan peluang untuk kompromi.
Krisis Kemanusiaan Ditengah Gejolak Konflik Palestina-Israel
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.