KUPI BEUNGOH
Jasa Teungku Dayah dan Kombatan GAM Terhadap Aceh
Tidak perlu menyesali dan mencaci maki kenapa ada ulama dayah yang menjadi kontestan Pilkada Aceh. Begitu juga sebaliknya.
Peran Teungku Dayah ini yang fokus dalam mendidik, fokus dalam tafaqquh fiddin (pendalaman agama) itu sejalan dengan perintah Allah SWT bahwa dalam situasi perang sekalipun tetap harus ada sebagian umat Islam yang fokus menuntut ilmu, fokus dalam kerja-kerja _tafaqquh fiddin&.
Maka dengan kontribusi para Teungku Dayah inilah keislaman Aceh itu selalu membara. Para Teungku Dayah ini bukan saja membuat keislaman Aceh tetap membara, namun juga membuat Aceh tetap berstatus sebagai mercusuar Islam di Nusantara.
Tidak sedikit santri-santri di Dayah-dayah di Aceh itu berasal dari luar Aceh. Setelah nyantri di Aceh mereka pulang dan mendirikan lembaga pendidikan Islam di tempat masing-masing.
Jadi..
Sekiranya tanpa peran Teungku Dayah dalam mendidik anak-anak Aceh dari masa ke masa, maka mungkin umumnya "aneuk-aneuk Aceh meu aleh ba hana ji teupue".
Sekiranya tanpa peran Teungku-teungku Dayah ini, mungkin Islam di Aceh sudah seperti keadaan di luar Aceh dimana Islam tidak menjadi agama yang dominan di Aceh.
Makanya kan Belanda dulu melihat para Teungku Dayah ini sebagai musuh besar yang harus dihabisi sebab para Teungku Dayah ini telah menjadi benteng kokoh dari setiap agenda Kristenisasi dan sekulerisasi yang dijalankan Belanda.
Baca juga: Birahi Teungku dan Politik Panglima Tibang
Baca juga: Kolaborasi Ulama dan Umara
Belanda membunuh banyak Teungku Dayah dan membakar banyak kitab serta juga membakar banyak dayah.
Jadi kalau sekarang ada yang membenci Teungku Dayah secara membabi-buta karena beda afiliasi politik, beda pilihan paslon Pilkada, maka memang ada sejarahnya yang dulu dimulai oleh Belanda.
Kenapa Belanda membenci Teungku Dayah? Karena mereka paham bahwa Keislaman Aceh yang menjadi spirit perlawanan bangsa Aceh dalam melawan penjajah Belanda itu berasal dari proses pendidikan Islam yang diajarkan para Teungku Dayah.
Patut diingat bahwa sebelum ada sekolah dan madrasah di Aceh, satu-satunya lembaga pendidikan yang mendidik bangsa Aceh itu adalah Dayah yang dulu disebut dengan "Zawiyah".
Di antara Zawiyah yang terkenal adalah Zawiyah Cot Kala Langsa, Zawiyah Tanoh Abee dan Zawiyah/Jama'ah Baiturrahman. Zawiyah-zawiyah ini menjalankan kurikulum kitab kuning sebagaimana ahri ini juga diajarkan di dayah-dayah.
Dua Zawiyah ini berperan besar dalam mewujudkan Aceh sebagai mercusuar Islam di Asia Tenggara.
Oleh sebab itu...
Pilkada Aceh ini tidak boleh memecah belah dua elemen penting Aceh ini sebagai bangsa.
Baca juga: Daftar 31 Mobil yang Masih Boleh Isi BBM Pertalite 1 September 2024 di SPBU, Apa Saja?
Baca juga: Bakal Calon Kepala Daerah di Aceh Mulai Jalani Pemeriksaan Kesehatan
kupi beungoh
Opini Kupi Beungoh
Teungku Dayah dan Kombatan GAM
Pilkada Aceh 2024
Teuku Zulkhairi
Ikatan Sarjana Alumni Dayah
Integritas dan Sistem Bercerai, Korupsi Berpesta |
![]() |
---|
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.