Opini
Hardikda, Antara Prestasi dan Distorsi Karakter
Pada Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK Tingkat Nasional 2024, siswa terbaik tanah rencong mempersembahkan 1 perak dan 2 perunggu.
Feri Irawan SSi MPd, Kepala SMKN 1 Jeunieb dan Ketua IGI Daerah Bireuen
PERINGATAN Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) ke-65 pada 2 September 2024 bertemakan "Membangun Karakter Siswa Melalui Pendidikan Olahraga", tidak hanya dipandang sebagai peringatan semata. Tetapi harus benar-benar menjadi momentum dalam mengevaluasi dan merefleksikan kembali perkembangan karakter dan prestasi pendidikan Aceh setahun, bahkan beberapa tahun terakhir. Selain itu, Hardikda harus menjadi tumpuan dalam memproyeksikan arah dan masa depan pendidikan Aceh ke depan.
Sebagai sebuah prestasi, perkembangan pendidikan Aceh cukup membanggakan. Aceh kembali membuktikan bahwa pendidikan vokasi di provinsi ini terus berkembang dan mampu bersaing di tingkat nasional. Pada Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK Tingkat Nasional 2024, siswa terbaik tanah rencong mempersembahkan 1 perak dan 2 perunggu.
Medali perak diraih oleh Muhammad Rayyan dan M. Yazid dari SMK-PP Negeri Saree di bidang Lanskap dan Pertamanan. Sementara medali perunggu diraih M. Fajar Suhada dari SMKN 2 Karang Baru di bidang Teknik Tata Udara dan Pendingin dan Isragustia dari SMKN 3 Banda Aceh di bidang Pelayanan Restoran. Perolehan itu membawa Aceh berada di urutan ke-12 nasional dan melampaui provinsi Sumut dan Sumbar. Menjadi nomor 12 di luar Jawa dinilai menjadi angin segar bagi dunia pendidikan di Aceh di tengah dananya yang minim.
Pada ajang Lomba Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) SMK Tingkat Nasional 2024, ada Salsabila Rizqina dari SMK Negeri 1 Banda Aceh, berhasil meraih prestasi gemilang dengan menyabet juara 3 dalam kategori Kumite Perorangan 53 kg Putri.
Prestasi berikutnya, dua siswa SMAN Modal Bangsa (Mosa), Aceh bernama Muhammad Fairuz Al Fawas dan Safril Ilmi Ramadhan berhasil mempersembahkan medali emas International Youth Biology Olympiad (IYBO) 2024. IYBO adalah salah satu ajang Olimpiade biologi bertaraf Internasional yang diadakan oleh ISS scientific dan komunitas Olimpiade IYSA (Indonesian Youth Scientist Association).
Sementara Dzakwan Dhya Ramadhana, juga dari Mosa berhasil menorehkan catatan gemilang di kancah Nasional OSN 2024. Dzakwan berhasil ditetapkan sebagai peraih medali perunggu Fisika OSN 2024 di Olimpiade Sains Nasional 2024 di Bali.
Kemudian, prestasi Aceh pada Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2024 juga perlu diapresiasi. Siswa yang lulus PTN jalur prestasi di Aceh kembali naik pada tahun 2024 menjadi 42,12℅ (pendaftar 17.095, lulus 7.200) dibandingkan tahun 2023 sebesar 41,86℅ (pendaftar 16.456, lulus 6.888).
Fakta ini menempatkan Aceh menduduki peringkat kelima dengan jumlah terbanyak nasional untuk siswa lolos masuk PTN melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) tahun ini. Sementara, Alifya Zhafira, siswa SMAN Mosa berhasil lulus di Ritsumeikan Asia Pasific University (APU), Jepang. Dan masih ada beberapa prestasi lainnya yang penulis tidak sebutkan.
Prestasi tersebut patut kita syukuri. Semua ikhtiar mulai menunjukkan keberhasilan. Meskipun demikian, capaian ini belum memenuhi semuanya. Kita harus lebih komprehensif, perlu peningkatan mutu yang berkesinambungan. Prestasi tersebut di satu sisi memang layak dirayakan dan diapresiasi saat Hardikda.
Bahkan, kata terima kasih harus dilayangkan kepada para siswa yang sudah berjuang mengibarkan panca cita di podium pendidikan nasional. Di sisi lain, prestasi tersebut harus jadi bahan evaluasi bersama untuk terus meningkatkan prestasi dan melahirkan inovasi untuk dunia pendidikan Aceh.
Sebagai sebuah refleksi dari lomba-lomba di atas, kita sebenarnya bisa melihat beberapa hal. Di antaranya, (1) Aceh memiliki siswa yang berbakat dan bertalenta. Penulis percaya, talenta itu melimpah di luar sana. (2) Tekad, optimisme, dan kerja keras putra-putri Aceh sangat luar biasa. Itu patut diacungi jempol sehingga mampu mengharumkan "bendera Panca Cita" di kancah nasional.
Dengan kata lain, Aceh memiliki modal penting untuk terus berprestasi. Bakat dan talenta siswa Aceh melimpah dari 23 kabupaten/kota. Tekad anak-anak Aceh cukup besar. Optimisme dan kegigihan mereka terbukti. Dan, itu potensi. Tinggal mau dibawa ke mana dan bagaimana sistem pengelolaan pendidikan ke depan.
Inilah peran Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan dan turunannya untuk menemukan talenta Aceh yang kompetitif di bidang pendidikan.
Memiliki rasa kompetitif ibarat pemantik api yang menumbuhkan gairah untuk terus menjadi siswa yang produktif. Hanya lewat iklim kompetitif bakat-bakat hebat bakal muncul. Dan ini terbukti lewat raihan prestasi di sejumlah ajang di tingkat nasional dan internasional tahun ini.
Penguatan karakter
Akhir-akhir ini masyarakat dikejutkan dengan kejadian guru sering dilecehkan dimana siswa berani memukul/mengerjai guru. Kedisiplinan siswa sudah memudar dalam realita sehari-hari. Hasil penelitian Marvin Berkowitz pakar pendidikan karakter dari University of Missouri, St. Lois ternyata pendidikan karakter memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan motivasi siswa untuk meraih prestasi.
Pendidikan berkarakter harus menjadi fokus utama dalam memperbaiki sistem pendidikan di Aceh. Karakter yang baik, seperti memiliki moral yang tinggi, kedisiplinan, dan tanggung jawab, sangat penting bagi anak didik dalam membentuk kepribadian mereka. Oleh karena itu, pendidikan berkarakter harus menjadi prioritas bagi para pendidik di Aceh.
Dengan begitu, Hardikda ke-65 benar-benar menjadi kebangkitan dan kemajuan bagi pendidikan Aceh ke depan. Target pendidikan Aceh ke depan adanya peningkatan pada kualitas karakter yang ditandai dengan terwujudnya nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila yang unggul, kompeten, pembelajar sepanjang hayat, dan berkesejahteraan. Dan, target prestasi pendidikan Aceh ke depan bisa tercapai, bahkan melampaui target.
Ukuran kualitas pendidikan Aceh bukan hanya pada prestasi dan perolehan medali. Namun, lebih jauh sebagai upaya mewujudkan generasi Aceh yang sehat jiwanya, bugar raganya, dan kuat karakternya menuju Aceh yang tangguh, unggul, dan maju.
Dengan demikian, distorsi dalam segi moral yang melanda karakter siswa saat ini, salah satunya dapat dibangun melalui pendidikan olahraga. Maka sudah tepat sekali tema Hardikda tahun ini bertemakan “Membangun Karakter Siswa Melalui Pendidikan Olahraga”. Pendekatan dengan pendidikan olahraga itu sendiri dapat dilakukan kepada siswa di kelas, sekolah ataupun di dalam rumah.
Menurut Toho Cholik Mutohir, Tenaga Ahli Bidang Olahraga Unnes, pendidikan karakter dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan belajar mengajar yang diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran. Sebab, pendidikan jasmani tersebut tidak sekadar gerak badan, tapi juga alat yang strategis untuk membina karakter.
Dalam olahraga mengandung nilai-nilai kejujuran dan sportivitas. Karena itu, merupakan langkah sangat maju untuk memosisikan kembali olahraga dalam pembentukan karakter. Dengan kegiatan olahraga para siswa dapat keluar dari isu-isu yang sekarang sedang merebak seperti kesehatan mental (mental health), disfungsi keluarga, hingga perundungan (bullying).
Selamat Hardikda, semoga guru-guru di Aceh mendapatkan perlindungan dan keberkahan dari Allah swt sehingga mampu mengemban perubahan dunia Pendidikan Aceh. Doa dan harapan ini sejalan dengan datangnya angin perubahan yang mulai terdengung. Aceh Pasti Bisa. Salam Edukasi!
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.