Citizen Reporter
Thailand, Negeri yang Tekun Pelihara Berbagai Fasilitas Lama
Di tengah-tengah kesibukan saya dan peserta lainnya, kami sempatkan diri untuk sekadar menikmati suasana Kota Bangkok.
HARRI SANTOSO, S.Psi., M.Ed., Dosen Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry, melaporkan dari Bangkok, Thailand
Kunjungan kali ini merupakan kunjungan kedua saya ke Kota Bangkok, Thailand. Saya mendapatkan undangan dari Atsum International Foundation Jepang, sebuah lembaga nonpemerintah di Jepang untuk menghadiri Forum Asia Future Conference 2024 yang dilaksanakan di Kampus Chulalangkorn University, Bangkok, 9-13 Agustus 2024.
Konferensi ini merupakan konferensi dua tahunan yang dilaksanakan di negara-negara tempat alumni lembaga ini berada, seperti Jepang, Filipina, Indonesia, Korea Selatan, Vietnam, dan Thailand.
Dari Aceh, saya pergi bersama tiga dosen Universitas Muhammadiyah Aceh, yaitu Dr Maulizar MM, Syahrul MSi, dan Winda Diah Restya MA.
Kegiatan ini dihadiri lebih dari 400 peserta dan 200 presenter dari negara-negara yang saya sebutkan di atas.
Salah satu keunggulan program ini, sebagian presenter dalam kegiatan ini mendapat bantuan untuk menghadiri forum ilmiah ini.
Saya sendiri mendapatkan kuota Subsidy for Academician sehingga saya tidak perlu membayar pendaftaran, gratis akomodasi selama tujuh hari kegiatan hingga mendapatkan USD300 untuk bantuan transportasi.
Di tengah-tengah kesibukan saya dan peserta lainnya, kami sempatkan diri untuk sekadar menikmati suasana Kota Bangkok.
Dari sekian banyak fenomena yang dapat saya amati, tentu saja reportase ini tidak bermaksud untuk membandingkan Kota Bangkok dengan Kota Banda Aceh karena tidak 'apple to apple' atau juga ketika saya menuliskan sesuatu yang indah-indah tentang Kota Bangkok semoga ini bukanlah sindrom "rumput tetangga jauh lebih hijau".
Namun, jika ada kebaikan dalam reportase ini saya berharap bahwa kita dapat mengambil pelajaran untuk kota kita mungkin di satu waktu kita dapat membuat hal yang sama seperti teori ATM: amati, tiru, dan modifikasi.
Karena sesungguhnya saya meyakini salah satu manfaat yang dapat kita ambil ketika melakukan perjalanan adalah dapat mengambil pelajaran dan kebaikan ke mana pun kita pergi, baik kota-kota di negara muslim maupun kota-kota di negara nonmuslim.
Sesungguhnya, hikmah dan kebaikan itu adalah milik umat Islam seperti sabda Rasulullah saw, "Ambillah hikmah itu di mana pun kamu menemukannya, karena ia milik kaum mukmin yang hilang." (Al-hadis)
Ada hal yang membuat saya bangga dan kagum, yaitu bagaimana Pemerintah Kota Bangkok tetap memelihara angkutan massal dan moda transportasi lama, yaitu bus yang telah beroperasi sejak tahun 1980-an dan angkutan Tuk-tuk, sejenis angkutan becak, yang biasanya berpenumpang 3-4 orang.
Meskipun moda transportasi massal modern seperti LRT dan MRT telah berjalan dengan baik, keberadaan bus kota edisi lawas ini sangat mudah didapat di sudut-sudut Kota Bangkok.
Secara tampilan, bus ini tidak menarik. Namun, daya tahan bus dan Tuk-tuk sepertinya masih bisa diandalkan. Banyak sekali wisatawan yang saya amati menggunakan moda transportasi ini.
Citizen Reporter
Penulis Citizen Reporter
Penulis CR
Negeri yang Tekun Pelihara Berbagai Fasilitas Lama
Thailand
Bangkok
HARRI SANTOSO
Aplikasi 'Too Good To Go' Upaya Belgia Kurangi Limbah Makanan |
![]() |
---|
Kisah Sungai yang Jadi Nadi Kehidupan di Kuala Lumpur |
![]() |
---|
Mengelola Kehidupan Melalui Kematian: Studi Lapangan Manajemen Budaya di Londa, Toraja |
![]() |
---|
Saat Penulis Sastra Wanita 5 Negara Berhimpun di Melaka |
![]() |
---|
Saat Mahasiswi UIN Ar-Raniry Jadi Sukarelawan Literasi untuk Anak Singapura |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.