Opini

Ritual Kenduri Maulid di Aceh

Ritual merayakan kelahiran Nabi Muhammad dinamakan khanduri mò´lôt adalah suatu pembaharuan dalam Islam.

Editor: mufti
IST
Prof Dr Phil Abdul Manan SAg MSc MA, Guru Besar Antropologi pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh 

Prof Dr Phil Abdul Manan SAg MSc MA, Guru Besar Antropologi pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh

SALAH satu wasiat yang ditulis oleh Sultan Aceh Ali Mughayat Syah pada 23 Juli 1507 atau 12 Rabiul Awal 913 Hijriah, yaitu tentang semangat perayaan Maulid Nabi Muhammad saw di Aceh. Perayaan maulid ini, dalam wasiat Sultan Aceh itu, selain memperingati lahirnya Sayyidina (pemimpin) yaitu Nabi Muhammad saw juga untuk mempererat hubungan silaturahmi antar masyarakat muslim. Kenduri maulid atau dalam bahasa Aceh disebut Khanduri mò´lôt.

Ada juga yang menyebutnya dengan khanduri keu pang ulée atau kenduri keu Sayyidina.Tujuan perayaan maulid di Aceh, selain untuk menghormati dan mendoakan nabi dengan membacakan seulaweut (doa-doa) kepadanya beserta keluarganya.

Pada saat yang sama kenduri maulid juga untuk memperingati peran tiga wanita yang telah berjasa mengasuh dan menyusui Nabi Muhammad saw tatkala Beliau masih balita. Menurut catatan sejarah, ada tiga wanita yang berperan telah menyusui Nabi Muhammad saw, yaitu ibundanya sendiri, Siti Aminah, Tsuwaibah (budaknya Abu Lahab), dan Halimah al-Sa'diyah (seorang wanita Badui yang berasal dari Bani Sa'ad Ibn Bark).

Selain dari ibunya sendiri, dua wanita yang disebutkan tadi, disebut-sebut menjadi ibu susuan Muhammad saw. Lazimnya di Aceh, ada tiga masa perayaan maulid, yakni maulid awal (mò´lôt tua), maulid tengah (mò´lôt teungoh), dan maulid akhir (mò´lôt aké). Dikatakan maulid awal, karena maksud perayaan maulid itu (Aceh; mò´lôt tua) adalah untuk memperingati jasa ibu kandungnya Aminah, maulid tengah (mò´lôt teungoh) untuk memperingati jasa Tsuwaibah. Sedangkan mò´lôt akhir (mò´lôt aké) untuk memperingati jasa Halimah Al-Sa'diyah.

Hal ini menegaskan bahwa: Tanpa bantuan mereka, Muhammad saw mungkin sudah berpulang ke Rahmatullah sedari bocah. Ritual merayakan kelahiran Nabi Muhammad dinamakan khanduri mò´lôt adalah suatu pembaharuan dalam Islam. Hal itu ditolak oleh Muslim konservatif, tapi dianggap sebagai pembaharuan yang pantas (bid'ah hasanah) dan diterima secara luas di desa-desa.

Meskipun Nabi Muhammad saw diyakini juga meninggal pada hari yang sama, kewafatannya tidak penting bagi ritual ini. Di Aceh, kenduri maulid dilakukan di semua desa baik di bulan Rabi al-Awwal hingga tiga bulan setelahnya dalam tahun yang sama. Menjelang dan selama Kenduri Maulid akan berlangsung semua telah dipersiapkan sedemikian rupa dengan terprogram dan terencana dengan baik.

Maulid keluarga dan desa

Selain Kenduri Maulid digelar di tingkat desa atau kemukiman, kenduri maulid juga kerap dilaksanakan di tingkat keluarga. Itu dinamakan maulid (mò´lôt nazar/ mò´lôt kaōy). Pada kesempatan ini yang diundang adalah keluarga dekat, imam, kepala desa dan anak yatim. Tujuannya untuk membebaskan seseorang dari suatu utang spiritual.

Utang itu terjadi ketika nazar diucapkan kemudian sebagai imbalan atas permintaan yang diwujudkan oleh Allah, lalu kenduri dibuat. Meskipun mengucapkan nazar itu tidak dilarang, tapi ulama tidak senang dengan hal itu karena nazar mengekpresikan “perilaku tersembunyi” yang tidak ikhlas.

Mereka yang diundang untuk menikmati kenduri di rumah ini, biasa jumlahnya relatif sedikit. Hanya berkisar 15-20 orang. Anak-anak yatim diundang ketika sore hari sedangkan orang tuanya, orang tua istri, kepala desa, dan pemuka agama diundang ketika malam hari. Kenduri maulid tingkat desa diadakan atas nama seluruh masyarakat desa. Pengaturan persembahan diatur oleh aturan yang hampir sama seperti yang berlaku pada ritual pernikahan.

Penduduk dari desa tetangga juga diundang. Undangan tersebut akan dibalas dengan undangan kenduri maulid mereka pada bulan maulid itu atau pada bulan maulid tahun berikutnya. Ini dipraktikkan oleh kebanyakan desa di Aceh sehingga partisipasi dalam kenduri maulid selalu dilakukan dalam bentuk pasangan desa, saling membalas undangan, ditujukan pada permulaan hubungan atau menegaskan/memperkuat persahabatan yang sudah terbina.

Masa persiapan dimulai dari hari diadakan rapat sampai dengan sebulan yang akan datang. Selama masa persiapan mereka membutuhkan bahan-bahan, seperti bumbu masak, beras, beras ketan, minyak kelapa, dan gula, tetapi tidak bagi mereka yang sudah menyiapkannya jauh sebelum bulan maulid tiba. Intisari dari makanan yang disediakan “juga dikonsumsi oleh malaikat yang turun dari langit pada saat acara kenduri maulid.”

Bagi orang ini, aktivitas inti dari kenduri maulid adalah mempersiapkan dan menyajikan berbagai makanan (daluang, sanggèng, idang nasi kunyit, idang gadang, idang golèk) yang diberikan kepada para undangan daripada mendengar ceramah islami yang disampaikan pada waktu ini. Namun demikian, sebagian kaum lain maulid yang digelar lebih menekankan pada pentingnya ceramah dan diskusi yang bersifat mendidik tentang kehidupan Nabi Muhammad saw.

Zikir maulid

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved