KUPI BEUNGOH
100 Hari Prabowo: Tentang Dua Rapor yang Berbeda : Bagian I
“Asbabun nuzul” - asal muasal- istilah 100 hari pertama masa kepresidenan, dalam sejarahnya, sangat terkait dengan budaya politik Amerika Serikat.
Kembali ia mempertegas posisi politik luar negeri Indonesia bebas aktif dan kampıun gerakan Nonblok.
Melalui Menlu Sugiono, Prabowo menegaskan dalam hal kebijakan luar negeri, apapun yang ia lakukan, acuannya tetap satu, kepentingan nasional, tumpah darah Indonesia.
Apa Kesan Publik?
Setelah 100 hari berjalan, apa kesan dan bacaan publik untuk pemerintah Prabowo?
Sekalipun Prabowo meyebutkan pekerjaan yang ia kerjakan tidak berurusan dengan hitungan ratusan hari, tak salah jika tetap saja ada indikator respon masyarakat terhadap apa yang ia kerjakan.
Indikator kepuasan publik tetap saja menjadi pembicaraan yang tak pernah selesai, terutama ketika Jokowi berkuasa selama 10 tahun.
Indikator itu kini telah digunakan pula untuk mengukur kinerja pemerintahan, mulai dari tingkat propinsi, sampai dengan kabupaten kota.
Dari berbagai pengukuran yang dilakukan, terdapat dua hasil respons yang sangat berbeda terhadap kinerja 100 hari pemerintahan Prabowo-Gibran.
Yang pertama, adalah survei Harian Kompas dengan nilai kepuasan 80,9 persen.
Ini adalah capaian kepuasan tertinggi publik terhadap kenerja pemerintah dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Sementara itu nilai ketidakpuasan publik hanya mencapai 19,1 persen.
Untuk diingat, Presiden Jokowi saja selama berkuasa 10 tahun tak pernah mencapai angka yang spektakular seperti ini.
Harian Kompas menggunakan 1.000 responden, dengan menggunakan metode pencuplikan sistematis di seluruh provinsi Indonesia, dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dan margin kesalahan kurang lebih 3,10 persen.
Selanjutnya, Kompas juga menemukan tingkat kepercayaan publik kepada Prabowo-Gibran mencapai 89,4 persen.
Berbeda dengan temuan dari metode survei Kompas, temuan sebuah lembaga Think-Tank yang dilakoni oleh sejumlah akedemisi dari berbagai kampus nasional terkemuka, dan para intelektual independen, CELIOS- Center of Economics and Law Studies- menunjukan sebaliknya.
Raport pemerintahan Prabowo-Gibran merah menyala, dengan kisaran angka 5 dari nilai tertinggi 10.
Berbeda dengan survei Kompas, Celios mengambil 95 jurnalis dari 44 media pers nasional.
Celios menggunakan metodologi expert judgment - yakni menggunakan responden yang mempunyai pengetahuan dan wawasan yang mendalam terhadap kinerja pemerintahan.
Mereka dijadikan responden karena pengalamannya mengamati kinerja pejabat publik secara rutin.
Celios beralasan pemilihan jurnalis ini lebih kuat karena profesi mereka yang berasosiasi dengan pencari fakta, verifikasi informasi, berikut laporan akurat dan tidak bias.
Dengan demikian, penilaian mereka di anggap lebih objektif dan independen.
Para kuli tinta itu diminta untuk minilai kinerja Prabowo dari aspek kualitas kepemimpinan dan kordinasi, capaian program, kesesuaian rencana kebijakan dengan kebutuhan publik, manajemen anggaran, serta komunikasi kebijakan dengan publik.
Temuan Celios mengungkapkan, 49 persen responden menilai kinerja 100 hari kabinet Prabowo-Gibran buruk.
Jika dirinci dari angka itu, 7% menyatakan sangat buruk dan 42% buruk.
Sisa 42% responden menilai kinerja pemerintahan cukup.
8% responden menyatakan baik.
Tak ada satupun dari responden yang menjawab sangat baik.
Namun secara umum 74 persen responden mengakui, pemerintahan Prabowo-Gibran telah memenuhi sebagian janji kampanye mereka dalam 100 hari pertama.
Apa arti sesungguhnya dari dua temuan kontradiksi terhadap kinerja 100 hari pertama pemerintahan Prabowo Gibran?
Jawabannya sangat sederhana.
Kedua temuan itu berpeluang sama benarnya.
Mengapa harus benar keduanya?
Kishore Mahbubbani, diplomat kawakan Singpura, pemikir dan penulis ulung Geopolitik, sekaligus Dekan Pendiri Lee Kuan Yew School of Public Policy, NUS Singapore memberi tip ringan dalam menilai sesuatu.
Dalam sejumlah diskusi internasional, Kishore sering mengatakan jangan pernah memulai penilaian dengan pendekatan jawaban yang benar, tetapi mulailah dengan pertanyaan yang benar.(Bersambung)
*) PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar USK
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI
Prabowo
Presiden
kupi beungoh
100 hari kerja
sejarah 100 hari kerja
Makan Bergizi Gratis
kebijakan B40
kebijakan B50
Humam Hamid
humam hamid aceh
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.