Jurnalisme Warga
Peran Generasi Z Membawa Bahasa Aceh ke Dunia Digital
Aceh kembali dihebohkan oleh hasil survei UNESCO yang menyatakan bahsa Aceh jadi salah satu bahasa yang akan punah dalam 20 tahun mendatang.
Komunitas digital memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan sosial yang besar. Generasi Z dapat membentuk komunitas daring yang mengusung pelestarian bahasa Aceh. Forum-forum seperti grup Facebook, atau bahkan komunitas di WhatsApp, dan Telegram bisa menjadi ruang untuk berdiskusi, berbagi informasi, dan memperkenalkan bahasa Aceh kepada orang-orang yang lebih muda.
Komunitas ini juga bisa mengadakan tantangan atau kampanye untuk memopulerkan bahasa Aceh, seperti "30 Hari Berbahasa Aceh" di media sosial, di mana peserta diminta untuk menggunakan bahasa Aceh dalam postingan mereka selama sebulan penuh. Dengan cara ini, bahasa Aceh akan lebih sering muncul di ruang publik dan lebih mudah diakses oleh generasi muda.
Kolaborasi dengan influencer dan konten kreator juga bisa dijadikan salah satu solusi terhadap kekhawatiran ini.
Soalnya, Generasi Z juga sangat dipengaruhi oleh influencer dan konten kreator yang mereka ikuti. Untuk menjangkau audiens yang lebih luas, para influencer ini dapat diajak untuk ikut mempromosikan bahasa Aceh. Dengan menggunakan platform seperti Instagram atau TikTok, mereka bisa berbicara tentang pentingnya melestarikan bahasa daerah, serta memberikan contoh penggunaan bahasa Aceh dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya Uniki
Salah satu langkah penting dalam upaya pelestarian bahasa Aceh adalah melalui pendidikan, dan Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki) telah memainkan peran kunci dalam hal ini. Melalui Prodi Bahasa dan Sastra Aceh, Uniki telah memulai langkah penyelamatan bahasa Aceh yang melibatkan para mahasiswa dari Generasi Z.
Prodi ini tidak hanya bertujuan untuk melahirkan ahli bahasa, tetapi juga untuk mencetak generasi muda yang memiliki kecintaan terhadap budaya Aceh.
Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Aceh di Uniki terdiri atas sebagian besar generasi muda, yang menjadi agen perubahan dalam menyebarkan dan mempromosikan penggunaan bahasa Aceh. Mereka dapat memanfaatkan ilmu yang mereka pelajari di kampus untuk membuat berbagai inovasi dalam mendigitalisasi bahasa Aceh, seperti pembuatan aplikasi pembelajaran bahasa, konten-konten sosial media, dan pengorganisasian komunitas daring yang aktif dalam mengampanyekan bahasa Aceh.
Generasi Z memiliki potensi besar untuk membawa Bahasa Aceh ke dunia digital dan memastikan kelestariannya di masa depan. Melalui penggunaan teknologi, kreativitas, dan platform media sosial yang mereka kuasai, mereka bisa memperkenalkan bahasa Aceh kepada khalayak yang lebih luas dan menarik perhatian anak muda lainnya untuk melestarikan bahasa ini.
Penting untuk diingat bahwa upaya ini harus dilakukan dengan segera, mengingat laporan UNESCO yang menunjukkan bahwa bahasa Aceh berada di ambang kepunahan.
Jika kita tidak bertindak cepat, kita bisa kehilangan salah satu aset budaya yang paling berharga dari Indonesia, yakni bahasa Aceh, 'bahsa endatu geutanyoe'.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.