Breaking News

Kupi Beugoh

Bulan Sya'ban dan Khanduri Beureuat di Aceh, Tradisi Leluhur sebagai Bentuk Syukur kepada Allah SWT

Di Aceh, bulan Sya'ban juga identik dengan tradisi ‘Kenduri Beureuat’, sebuah budaya yang masih lestari hingga kini.

Editor: Saifullah
For Serambinews.com
Irwandi,SHI, MH, Mahasiswa Doktor Ilmu Hukum USK, Pengurus PRB Aceh dan Sekretaris Mukim Tungkop Darussalam. 

Makan Bersama dan Berbagi Makanan - Menu khas yang disajikan dalam kenduri ini adalah kuah beulangong (gulai daging khas Aceh), nasi gurih, serta aneka kue tradisional seperti bhoi dan timphan.

Sedekah kepada Fakir Miskin - Sebagian makanan dibagikan kepada mereka yang membutuhkan, sebagai bentuk kepedulian sosial.

Pelestarian Tradisi di Era Modern

Di tengah perubahan zaman, ‘Khanduri Beureuat’ masih terus dijaga oleh masyarakat Aceh. 

Meskipun sebagian orang kini lebih memilih kenduri dalam skala kecil di rumah masing-masing, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini tetap lestari.

Pemerintah daerah dan lembaga adat juga terus mendukung keberlangsungan tradisi ini agar generasi muda tetap mengenal dan melestarikannya.

Kenduri Beureuat adalah salah satu bentuk kearifan lokal yang tetap lestari di Aceh, mencerminkan perpaduan antara nilai-nilai islam dan Budaya setempat.

Bulan Sya'ban bukan sekadar bulan persiapan menuju Ramadhan, tetapi juga momen untuk memperbanyak amal dan berbagi dengan sesama. 

Tradisi ‘Khanduri Beureuat’ di Aceh adalah cerminan nilai-nilai keislaman dan kebersamaan yang tetap hidup di tengah masyarakat. 

Dengan menjaga tradisi ini, masyarakat Aceh tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga memperkuat nilai-nilai sosial dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Kenduri Beureuat masih dilaksanakan di gampong-gampong di Aceh sebagai cara memuliakan bulan penuh keutamaan.

Bahkan ada di gampong-gampong melalui keuchik (kepala desa) dan tgk imum meunasah mengumumkan kepada masyarakat untuk berpuasa dan malamnya membawa idang makanan yang berisi lauk pauk, baik yang sudah dibungkus atau idang untuk dibawa ke meunasah untuk berbuka puasa bersama dan berbagi kepada masyarakat.

Tradisi ini tidak hanya memenuhi ibadah individual, tetapi juga ibadah sosial, dan layak untuk terus dilestarikan.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved