Jurnalisme Warga
Mengayuh Asa di Atas Roda, Mengabdi untuk ISBI Aceh di Bulan Ramadhan
Ramadhan adalah bulan untuk memperkuat iman, memperbanyak ibadah, dan merenungkan perjalanan hidup.
Oleh karena itu, saya selalu mendoakan agar generasi muda Aceh dapat menjadi anak-anak mulia, yang kelak akan membawa perubahan positif bagi negeri ini. Saya juga berharap kehidupan masyarakat Aceh makin sejahtera, agar kami, para pengajar, bisa lebih mudah menjalankan tugas tanpa harus menempuh perjalanan jauh setiap hari. Impian sederhana saya adalah memiliki rumah di sekitar Jantho, sehingga saya tak perlu lagi menempuh jarak yang begitu jauh setiap hari (pp Banda Aceh-Jantho).
Ramadhan bagi saya adalah waktu untuk merenung. Dalam perjalanan panjang itu, saya sering merenung tentang apa yang masih harus saya perjuangkan dan bagaimana cara terbaik untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar.
Setiap langkah yang saya ambil, baik itu di atas sepmor atau dalam kehidupan sehari-hari, adalah bentuk pengabdian saya untuk bangsa dan negara.
Di bulan Ramadhan, saat hati lebih lapang dan pikiran lebih jernih, saya semakin yakin bahwa pengabdian ini adalah jalan hidup yang harus saya tempuh.
Ramadhan juga mengajarkan saya tentang kesabaran dan ketekunan. Dalam menjalani kehidupan sebagai dosen, sering kali saya mengalami tantangan yang tidak mudah. Namun, Ramadhan mengajarkan saya untuk terus berusaha dan tidak mudah menyerah.
Setiap hari yang saya lewati, meskipun penuh tantangan, saya coba untuk jalani dengan penuh syukur. Saya menyadari, setiap kesulitan yang saya hadapi adalah bagian dari ujian hidup dan saya harus melewatinya dengan sabar serta ikhlas.
Di atas sepmor saya selalu berdoa untuk diri saya, juga untuk anak-anak bangsa. Saya berharap mereka menjadi pribadi bijaksana, berani menghadapi tantangan, dan memiliki hati yang tulus dalam mengabdi.
Saya juga berharap Aceh semakin sejahtera dan maju. Saya percaya bahwa melalui pendidikan dan pengabdian, kita semua dapat membawa perubahan yang positif.
Sepmor yang saya kendarai, meskipun sederhana, memiliki arti yang sangat penting bagi saya. Bukan sekadar alat transportasi, melainkan juga simbol perjuangan. Setiap kali saya mengendarainya, saya merasa bahwa saya sedang mengayuh asa untuk masa depan yang lebih baik. Roda yang berputar membawa saya menuju harapan, menuju perubahan yang lebih baik, untuk diri saya, mahasiswa, maupun untuk Aceh dan Indonesia.
Perjalanan 94,6 km setiap hari itu adalah bentuk pengabdian yang harus saya jalani dengan penuh ikhlas. Tidak ada yang lebih berharga selain mengabdi untuk anak-anak bangsa dan Indonesia yang lebih baik.
Perjalanan ini tidaklah mudah, tetapi saya bahagia karena dapat mengabdi, berbagi ilmu, dan bahagia karena saya tahu setiap langkah yang saya ambil adalah untuk kebaikan bersama. Di atas roda sepmor, saya tidak hanya mengayuh jarak, tetapi juga mengayuh harapan untuk masa depan yang lebih cerah.
Ramadhan tahun ini memberikan banyak pelajaran berharga bagi saya. Sebagai dosen, Ramadhan adalah waktu untuk merenung, berdoa, dan mengabdi.
Dalam setiap langkah dan setiap doa, saya yakin bahwa kita semua bisa membawa perubahan yang berarti, tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk negeri tercinta ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.