Kupi Beungoh
Menjaga Marwah Kesultanan Aceh: Status Blang Padang dan Hak Waris Istana Darud Dunya
Menjaga Blang Padang berarti merawat memori kolektif masyarakat Aceh akan kejayaan para pendahulu dan marwah Kesultanan Aceh.
Oleh Tuanku Warul Waliddin*)
Merujuk kepada fakta sejarah bahwa tanah Blangpadang merupakan bagian dalam dari Istana Kesultanan Aceh Darussalam yang diikrarkan dalam pembukaan manuskrip Kesultanan Aceh yang berbunyi bahwa Mulai terdiri Kerajaan Aceh Bandar Darussalam iaitu pada tahun 913 Hijriah pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal Hari Ahad bersamaan 23 Julai, 1507...;"
"...Atas nama yang berbangsawan bangsa Aceh iaitu Paduka Seri Sultan Alauddin Johan Ali Ibrahim Mughayat Syah Johan Berdaulat..."
"...Maka pohon kerajaan mulai tersusun oleh yang berbangsawan tersebut hingga sampai pada kerajaan puteranya yang kuat iaitu Paduka Seri Sultan Alauddin Mahmud Al-Qahhar Ali Riayat Syah.
Ketika kita disibukkan dengan status tanah Blangpadang pada hari ini, sebetulnya ada yang terlewatkan dalam narasi fikiran kita.
Blang Padang adalah Satelit Istana Daruddonya, jika di Jogja ada Istana Kraton Sultan Jogja, maka Alun-alun yang berada di hadapannya adalah tempat berbarisnya Pasukan Militer Kesultanan Jogja.
Begitu juga dengan Kesultanan Aceh yang lebih jauh masyhur dari segi usia.
Sebagai keturunan dari Kesultanan Aceh Darussalam, kami memandang tanah Blang Padang bukan sekadar sebidang lapangan di tengah kota Banda Aceh, tetapi sebuah situs bersejarah yang sarat makna dan nilai simbolis yang tak ternilai harganya.
Baca juga: Blang Padang Antara Status dan Harapan Rakyat Aceh
Sejak masa lampau, jauh sebelum kedatangan kekuatan kolonial ke tanah rencong, Blang Padang telah difungsikan sebagai pusat aktivitas militer dan kebudayaan Kesultanan Aceh.
Pada masa kejayaan Sultan Iskandar Muda dan para pendahulunya, tanah Blang Padang menjadi gelanggang utama tempat pasukan berkuda, pasukan gajah (kavaleri), dan para prajurit kesultanan berlatih dan memamerkan ketangkasan perang mereka.
Di sinilah para kesatria Aceh menunjukkan kebolehan dalam menunggang kuda, menggiring gajah perang, serta memperagakan strategi tempur demi menjaga kewibawaan dan kedaulatan negeri.
Selain sebagai arena latihan militer, Blang Padang juga berfungsi sebagai alun-alun kehormatan untuk menyambut para tamu besar dari berbagai penjuru dunia.
Utusan kerajaan Turki Utsmani, pedagang dari Gujarat, hingga tamu kehormatan dari Jazirah Arab dan kawasan Asia Tenggara disambut di Blang Padang sebagai bentuk penghormatan tertinggi.
Dari sinilah pula terpancar pesan bahwa Aceh adalah negeri yang kuat, berdaulat, dan terbuka menjalin persahabatan dengan bangsa lain.
Oleh karena itu, kami menegaskan bahwa tanah Blang Padang adalah tanah warisan sejarah Kesultanan Aceh yang harus diperlakukan dengan penuh rasa hormat dan kesadaran sejarah.
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.