Konflik Israel Vs Palestina

Tragedi Kemanusian di Gaza: Menyabung Nyawa Demi Makan, Apakah Masuk Akal Jika Anakku Harus Mati?

Kesedihan Asmahan berubah menjadi amarah: “Apakah masuk akal jika anakku harus mati karena dia pergi membawakan kami makanan? Di mana dunia...

Editor: Nurul Hayati
SERAMBINEWS/anadoulu agency
Penduduk Palestina melarikan diri dari zona konflik dengan mobil, kereta keledai, dan berjalan kaki, membawa barang-barang mereka ke daerah yang lebih aman menyusul serangan militer Israel yang intens di Kamp Pengungsi Jabalia di Gaza utara pada 21 Mei 2025. 

Kesedihan Asmahan berubah menjadi amarah: “Apakah masuk akal jika anakku harus mati karena dia pergi membawakan kami makanan? Di mana dunia yang menyebut dirinya bebas? Berapa lama penyiksaan ini akan berlangsung?”

SERAMBINEWS.COM - Lebih dari 300 warga Palestina di Gaza telah dibunuh oleh pasukan Israel dalam 48 jam terakhir, menurut Kantor Media Pemerintah Gaza.

Setidaknya 73 orang telah dibunuh oleh Israel sejak Kamis dini hari, termasuk 33 pencari bantuan yang putus asa di lokasi bantuan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang kontroversial yang didukung Israel dan AS.

Secara total perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 56.647 orang dan melukai 134.105 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza

Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang ditawan.

Jumlah kematian di pusat-pusat ini meningkat hampir setiap hari.

Organisasi hak asasi manusia dan pejabat PBB mengkritik model GHF sebagai model militeristik, berbahaya, dan melanggar hukum. 

Surat kabar Israel Haaretz  mengatakan tentara Israel diperintahkan untuk menembak ke arah kerumunan warga Gaza yang tidak bersenjata.

Baca juga: Tragedi Kemanusiaan di Gaza, 24 Orang Tewas Dihantam Bom Israel Seberat 230 Kg

Kesedihan Asmahan berubah menjadi amarah: “Apakah masuk akal jika anakku harus mati karena dia pergi membawakan kami makanan? Di mana dunia yang menyebut dirinya bebas? Berapa lama penyiksaan ini akan berlangsung?”

Asmahan Shaat jatuh ke tanah.

Kesedihan jelas menyeliputi wajahnya.

Saat itu dia melihat tubuh putranya Ahmed yang penuh luka tembak tergeletak di halaman Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan.

 Teriakannya bergema di udara, suaranya tercekat oleh keterkejutan, dan kesedihan.

Ia mencium wajah, tangan, dan kaki wanita berusia 23 tahun itu sambil menangis.

Enam anak dan kerabatnya yang lain berusaha menahannya, tetapi ia menepis mereka.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved