Salam

Kasus Pelecehan Anak di Indonesia jangan Dianggap Enteng

Aceh termasuk salah satu daerah di Indonesia dengan kasus tertinggi kekerasan terhadap anak, termasuk tindakan pelecehan seksual.

Editor: mufti
IST
Ilustrasi pelecehan terhadap anak 

Aceh termasuk salah satu daerah di Indonesia dengan kasus tertinggi kekerasan terhadap anak, termasuk tindakan pelecehan seksual. Makanya, jangan pernah anggap ini persoalan enteng, melainkan hal serius yang butuh perhatian kita bersama.

Sebab, jika anak sudah sempat menjadi korban pelecehan seksual, maka sudah bisa dipastikan kondisi itu akan sangat mengganggu masa depannya. Sepanjang hidupnya akan mengalami trauma, bahkan tidak mustahil mengambil jalan pintas, termasuk nekat bunuh diri.

Ahli psikologi berpendapat, terdapat sejumlah hal yang bisa dialami korban pelecehan seksual, di antaranya mimpi buruk, rasa takut berlebihan, atau kegelisahan yang terus-menerus. Bahkan, si korban mungkin merasa bahwa kejadian itu adalah sangat memalukan akibat kesalahan mereka sendiri. 

Selain itu, si korban juga akan menjadi pendiam atau agresif secara tiba-tiba. Korban akan merasa sulit mempercayai orang lain, bahkan anggota keluarga sendiri. Apalagi mengingat pelaku kekerasan seksual rata-rata orang yang dekat dengan korban.

Untuk  itu, mari kita jadikan pelaku kejahatan seksual kepada anak sebagai musuh bersama. Jangan berikan tempat kepada mereka, termasuk kucilkan dari pergaulan. Sehingga akan menjadi pelajaan bagi orang lain untuk tidak melakukan perbuatan yang serupa.

Sebelumnya diberitakan, Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Banda Aceh mengungkapkan fakta yang mencegangkan, dari 67 anak binaan menjalani masa hukuman, sekitar 30 persen berasal dari Tanah Gayo, yakni Aceh Tengah dan Bener Meriah. Sebagian terlibat kasus pencabulan dan pelecehan seksual.

Praktisi hukum sekaligus advokat, Nourman Hidayat SH, mengaku prihatin atas kondisi ini.  Ia menilai angka tersebut sebagai indikator serius yang mencerminkan adanya masalah mendasar dalam struktur sosial dan ketahanan keluarga di wilayah Gayo.

"Ini angka yang sangat miris. Ada apa dengan kehidupan sosial kita di Gayo? Mengapa begitu banyak kasus pelecehan seksual anak yang berasal dari sini? Ini bukan hanya soal hukum, tapi soal kegagalan ketahanan keluarga," ujar Norman, Selasa (15/7/2025).

Ia mencontohkan, kasus sodomi terhadap santriwati yang sempat menghebohkan publik beberapa waktu lalu, ternyata juga melibatkan pelaku dari Bener Meriah. Sebagai advokat, Nourman mengaku selama ini fokus mendampingi korban, bukan pelaku. 

Dalam dua tahun terakhir, pihaknya juga aktif mendampingi sejumlah korban dan keluarga yang mengalami trauma akibat kasus serupa. Oleh sebab itu, ia mendesak Pemkab Aceh Tengah dan Bener Meriah untuk lebih serius memperhatikan kesejahteraan dan pendidikan keluarga.

Kepala LPKA Kelas II Banda Aceh, Yusnaidi SH MSi, membenarkan data tersebut. “Sebagian besar dari mereka terjerat yang bermasalah dengan qanun. Ini menjadi tantangan besar bagi semua pihak, baik pemerintah, tokoh masyarakat, hingga dunia pendidikan, untuk menekan angka kekerasan seksual terhadap anak," ungkap Yusnaidi.

Untuk itu, sekali lagi, kita berharap agar masalah ini mendapat perhatian yang serius dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun keluarga sendiri. Jangan menganggap enteng masalah ini, terutama mengingat akan berakibat fatal bagi masa depan si anak! 

 

POJOK

Polisi tangkap empat pelaku pecurian saat korban tertidur

Kalau korban terjaga, namanya perampokan, kan?

Kapolres Nagan Raya minta wartawan bantu tangkal berita hoaks

Kalau salah tangkal malah bisa muncul boaks baru, tahu?

Jalan di kawasan Suak Puntong berlubang dan bergelombang

Maka, lengkaplah penderitaan para pelintas di kawasan itu

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Realisasi APBA 2025 Harus Dipacu

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved