Liputan Eksklusif

Bantuan Kemendikbudristek Chromebook Banyak tak Terpakai di Aceh,

“Karena tidak bisa dipakai sama sekali, ya sudah, jadi barang tidak bisa dipakai, teronggok,” ANNA FAUZA JAILANI

Editor: mufti
COVER KORAN SERAMBI INDONESIA
HEADLINE SERAMBI INDONESIA EDISI 20250720 

“Karena tidak bisa dipakai sama sekali, ya sudah, jadi barang tidak bisa dipakai, teronggok,” ANNA FAUZA JAILANI, Kepala TK Permata Sunnah

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Laptop Chromebook yang diduga dikorupsi oleh sejumlah pegawai Kemendikbudristek ternyata banyak yang tak terpakai di Aceh. Salah satunya disebabkan oleh sulitnya mengoperasikan laptop tersebut. Hal ini terungkap dari hasil wawancara Serambi dari sejumlah pihak sekolah di seluruh Aceh.

Seperti diketahui, laptop Chromebook saat ini menjadi perbincangan hangat seiring mencuatnya kasus dugaan korupsi yang menyeret sejumlah nama, termasuk nama Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) 2019-2024.

Dalam kasus ini, Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan empat orang sebagai tersangka, yakni Jurist Tan (JT) selaku Staf Khusus Mendikbudristek tahun 2020-2024, Ibrahim Arief (IBAM) selaku Konsultan Teknologi di Kemendikbudristek, Sri Wahyuningsih (SW) selaku Direktur Sekolah Direktur Sekolah Dasar Kemendikbudristek 2020-2021 sekaligus sebagai Kuasa Pengguna Anggaran di lingkungan Direktorat Sekolah Dasar, dan Mulyatsyah (MUL) selaku Direktur Sekolah Menengah Pertama Kemendikbudristek 2020-2021, sekaligus Kuasa Pengguna Anggaran di lingkungan Direktorat Sekolah Menengah Pertama.

Bantuan laptop yang disebut Kejagung merugikan negara sebesar Rp 1,9 triliun dari anggaran pengadaan Rp 9,3 triliun itu tersebar sebanyak 41.703 unit se-Indonesia. Khusus Aceh, ada 1.209 sekolah yang kebagian Chromebook. Lalu seperti apa tanggapan guru terhadap penggunaanya?

Hasil penulusuran Serambi, sejumlah lembaga pendidikan seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK) di Banda Aceh sudah tidak lagi menggunakan Chromebook, laptop dengan sistem operasi Chrome OS bantuan dari Kemendikbud yang kini sedang menjadi sorotan.

Laptop yang dikembangkan oleh Google ini dirancang untuk penggunaan sehari-hari yang berfokus pada aplikasi web dan penyimpanan cloud, menawarkan kemudahan penggunaan, keamanan, dan kemudahan pembaruan otomatis. 

Meski demikian, Kepala PAUD Putroe Lambilek, Miranda Kardilla SPd mengaku, pihak sudah tidak menggunakan laptop tersebut karena kesulitan saat mengoperasikannya. Ketergantungan pada koneksi internet tiap tools yang tersedia, membuat Chromebook kurang digandrungi, bahkan tidak terpakai sama sekali.

Bahkan, untuk hal-hal dasar seperti Microsoft Word dan Power Point, tidak bisa digunakan kecuali terkoneksi internet serta menggunakan alternatif seperti Google Docs. “Mengetik atau membuat power point agak susah, pokoknya ini laptop hanya digunakan online,” ungkap Miranda, Kamis (17/7/2025).

Saat awal-awal dibagikan sekitar tahun 2021 lalu, pihaknya sempat menggunakan untuk kegiatan Platform Merdeka Mengajar (PMM). Namun seiring waktu, para guru lebih banyak menggunakan handphone karena alasan fleksibilitas.

Hal senada disampaikan Kepala Sekolah TK Permata Sunnah, Anna Fauza Jailani SPd MPd. Dia menyampaikan bahwa pihaknya bahkan sama sekali tidak menggunakan laptop tersebut karena kesulitan mengoperasikannya. Padahal, sekolah sangat butuh laptop terutama untuk proses administrasi di sekolah, hingga kegiatan belajar mengajar lainnya. 

"Tidak terpakai sama sekali, bahkan di sekolah kami itu yang paling bisa mengoperasikan laptop cuma saya, tapi tidak bisa gunakan sama sekali," ungkap Anna.

Dikatakan, meskipun sudah menggunakan akun belajar ID, tetapi Microsoft Word tidak bisa dioperasikan, apalagi untuk print surat menyurat. "Karena tidak bisa dipakai sama sekali, ya sudah, jadi barang tidak bisa dipakai, teronggok,” tambahnya.

Di tempat berbeda, Kepala SMP Negeri 2 Banda Aceh, Arlis mengakui, bantuan tersebut sangat bermanfaat bagi proses pembelajaran di sekolahnya. Namun, kata dia, laptop Chromebook hanya bisa diakses saat terhubung dengan internet saja. 

“Kita kalau di sekolah lebih banyak menggunakan lab komputer, sebab Chromebook ini tidak bisa offline dia dan unitnya terbatas. Jadi ketika Chromebook ini kita bawa ke ruang kelas yang belum ada jaringan atau wifi, itu tidak bisa digunakan. Itu lah jadi hambatan,” kata Arlis, Jumat (18/7/2025). 

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved