Jurnalime Warga

Tetralogi sebagai Paradigma Baru di Ruang Kelas

Bahkan, saya setidaknya dua kali terpilih mewakili sekolah untuk mengikuti lomba mata pelajaran IPS tersebut antarsekolah se-Jakarta

Editor: mufti
IST
MELINDA RAHMAWATI, M.Pd., alumnus Pendidikan IPS, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, melaporkan dari Jakarta 

Untuk menghadirkan sebuah kesadaran tentu saja harus didasarkan pada korelasi antara materi ajar yang disampaikan dengan kondisi aktual yang ada. Korelasi tersebut yang memantik peserta didik untuk mengamati dan bereksperimen dengan lingkungannya hingga dirinya merasakan sendiri kebermaknaan atau arti penting dari materi yang telah disampaikan di kelas.

Setelah peserta didik merasakan sendiri kebermaknaa dari kegiatan pembelajaran yang dilakukannya, barulah ia akan mampu menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaluinya itu menyenangkan. Saat paradigma tetralogi ini dihadirkan di kelas, terlihat potensi untuk memaksimalkan upaya mencapai kegiatan pembelajaran yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) tersebut.

Peserta didik saat ini tentu saja memiliki karakter yang berbeda dengan peserta didik sebelumnya. Sebagai seorang guru, tentu saja secara berkelanjutan harus terus belajar dan mengkreasikan metode dan model pembelajaran yang dapat senada dengan karakteristik peserta didiknya hari ini.

Ketika karakteristik peserta didik hari ini lebih didominasi dengan sifat kekhasan yang terbuka dan lebih kritis melihat fenomena yang hadir di sekitar mereka, paradigma tetralogi dapat menjadi suatu upaya yang dapat dihadirkan di kelas guna menghadirkan suasana belajar yang bermakna dan menggembirakan untuk peserta didik.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved