KUPI BEUNGOH

Buku dan Membaca: Antara Cetak, Digital, dan Politik Jalan Tengah 

Pembaca tidak perlu mengorbankan pengalaman membaca buku cetak demi efisiensi modern yang ditawarkan format digital, atau sebaliknya

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Nurussalim Bantasyam,S.H, adalah Peminat Isu Literasi dan Pelaksana pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banda Aceh 

Dan, terutama portabilitas, di mana ribuan buku dapat disimpan dalam satu perangkat kecil, memungkinkan pembaca membawa seluruh perpustakaan mereka ke mana pun. 

Baca juga: KPI Aceh Gulirkan Literasi Media Go to School, Ajak Pelajar Bijak Bermedsos

Singkatnya, model hybrid mampu menciptakan keseimbangan yang optimal. 

Pembaca tidak perlu mengorbankan pengalaman membaca buku cetak demi efisiensi modern yang ditawarkan format digital, atau sebaliknya.

 Ini juga memberikan fleksibilitas bagi pembaca untuk memilih mana yang terbaik sesuai preferensi, kebutuhan, dan tujuan membaca mereka ketika itu. 

Secara keseluruhan, visi Darnton adalah mendorong dunia buku untuk bergerak maju dengan menggabungkan keunggulan kedua format, alih-alih melihatnya sebagai dua entitas yang bersaing. 

Pembaca Modern  

Adapun Maryanne Wolf adalah Direktur Pusat Disleksia, Pembelajar Beragam, dan Keadilan Sosial di UCLA.

Sebelumnya ia juga menjabat sebagai Direktur Pusat Penelitian Membaca dan Bahasa di Universitas Tufts, Amerika. 

Dalam bukunya, “Reader, Come Home: The Reading Brain in Digital World” (2018), Wolf merekomendasikan pendekatan seimbang antara format cetak dan digital.

Ia berpendapat bahwa jika kita berangkat dari karakteristik terbaik keduanya, maka kita dapat menciptakan para generasi muda “dwiliterasi” (istilah saya, “pembaca hybrid” atau “pembaca modern”) yang fasih membaca di kedua format. 

Wolf mengatakan, seperti penutur dua bahasa (bilingual), kita perlu melatih anak-anak kemampuan “beralih secara fleksibel" di antara kedua format, dengan mengetahui tentang batasan, kemungkinan, dan karakter unik masing-masing media. 

Baca juga: 1.000 Buku Bantuan Perpusnas RI Disebarkan Dispersip Pidie ke Perpustakaan Gampong

Anak-anak harus diajarkan bahwa masing-masing format, seperti setiap bahasa, memiliki aturan dan karakteristik tersendiri, yang mencakup tujuan, kecepatan, dan ritme. 

Bahwa meskipun format digital menawarkan akses yang lebih cepat, hal-hal seperti perhatian, mengingat, mengikuti urutan, menghubungkan ide, menarik makna, menyimpulkan, melakukan analisis, evaluasi, dan refleksi, tetap penting, baik saat membaca digital maupun cetak.

Selain pendampingan orang tua dalam proses membaca—menurut Wolf, buku cetak sangat krusial pada masa awal pendidikan, ia menekankan pentingnya dukungan sistem pendidikan yang mengajarkan anak-anak komponen utama membaca mendalam. 

Seperti perhatian, memori, kemampuan mengikuti urutan informasi, inferensi (kemampuan menyimpulkan), analisis kritis, dan refleksi.

Penutup

Di era digitalisasi, tidak ada yang tidak tersentuh, termasuk buku cetak

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved