Liputan Eksklusif Aceh

Cerita Wika Anjani, Menyerah Hingga Putus Sekolah Karena tak Ada Uang Jajan

Tapi kisah Wika sedikit berbeda. Ia bukan tidak mampu beli seragam atau membayar SPP. Ia berhenti sekolah hanya karena tidak ada uang jajan

Penulis: Sadul Bahri | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/SA’DUL BAHRI
Wika Anjani mengisi absensi pada kegiatan pengajian di musholla di Gampong Pasir, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Jumat (22/8/2025), tempat ia mengikuti pengajian bersama forum mualaf. 

Sejak kecil, ia sudah terbiasa hidup hemat, bahkan untuk kebutuhan dasar sekalipun.

Bagi sebagian orang, uang jajan hanyalah tambahan. Tapi bagi Wika, itu adalah alasan ia harus mengubur masa depannya. 

Ia merasa tak sanggup duduk di sekolah saat perut kosong atau melihat teman-temannya menikmati makanan ringan yang tak bisa ia beli.

Baca juga: Atasi Anak Putus Sekolah, Datok Penghulu Kampung Kesehatan Subsidi Paket Kesetaraan

Kini, Wika tidak bekerja. Ia hanya mengikuti pengajian rutin bersama forum mualaf di Aceh Barat.

 Itulah satu-satunya aktivitas hariannya mencari ketenangan di tengah keterbatasan, berharap Tuhan membuka jalan baru baginya.

Masih Ada Jalan, PKBM sebagai Harapan Baru

Cerita Wika adalah gambaran nyata dari ribuan anak yang kehilangan masa depan karena faktor ekonomi. Tapi kini, harapan Wika Anjani belum sepenuhnya padam.

Pemerintah Aceh Barat melalui Dinas Pendidikan telah menghadirkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang menyediakan program pendidikan nonformal bagi anak-anak putus sekolah. 

Di sini, Wika masih berpeluang untuk mendapatkan ijazah setara SD, SMP, dan SMA melalui program Paket A, B, dan C.

Baca juga: Abidzar Al Ghifari Ungkap Sempat Rasakan Putus Sekolah karena Masalah Ini

“Mereka yang putus sekolah bisa kembali mendapatkan ijazah melalui PKBM, termasuk yang tidak tamat atau bahkan belum pernah sekolah sekalipun,” ujar Dr Husensah, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Barat.

Kisah Wika bukan sekadar tentang kemiskinan. Ini adalah cerita tentang keberanian untuk memilih, tentang keputusasaan yang masih menyimpan harapan. 

Tentang seorang pria yang rela berhenti sekolah karena merasa tak ingin menjadi beban, tapi tetap bermimpi besar di dalam diam.

Dan mungkin, melalui PKBM atau tangan-tangan peduli di sekelilingnya, Wika Anjani bisa kembali melanjutkan mimpinya, bukan hanya untuk mendapatkan selembar ijazah, tapi untuk membuktikan bahwa keterbatasan bukan akhir dari segalanya.(sb)

Baca juga: Markas Besar Marsose di Tangse Dihuni Pasukan Khusus dan Kejam, Tim Unsam Ungkap Hasil Penelitian

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved