Tragedi Arakundo

Menolak Lupa Tragedi Arakundo 3 Februari 1999, Mayat-mayat Dibuang dari Truk

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Mursal Ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim pencari korban tragedi Idi Cut yang dibuang ke sungai Arakundoe sedang memancing korban di dasar sungai sedalam 20 meter. Sampai sore hari itu kegiatan mereka terus dilakukan yang ikut disaksikan ribuan warga.

Sebuah truk yang masuk ke jembatan lama Arakundoe, Rabu dinihari (3/2/1999) diduga kuat mengangkut korban pembantaian di Idi Cut.

SERAMBINEWS.COM - Tragedi Arakundo menjadi catatan kelam bagi rakyat Aceh.

Tragedi merupakan sebuah peristiwa pembantaian sipil yang terjadi tanggal 3 Februari 1999 di Simpang Ulim, Aceh Timur.

Menurut literatur, peristiwa yang dilancarkan oleh tentara Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ini menewaskan tujuh orang dan melukai ratusan orang lainnya.

Jembatan Arakundo merupakan tempat dimana tujuh mayat dibuang ke dalam sungai setelah peristiwa pembantaian di Idu Cut.

Para pelakunya hingga kini belum ditangkap dan diadili, menjadikan kasus ini dari tragedi ke impunitas.

Sebuah arsip berita Harian Serambi Indonesia edisi Kamis 5 Februari 1999, bercerita tentang kesaksian warga yang melihat pria berseragam membuat mayat-mayat ke dalam sungai

Artikel ini kami turunkan kembali untuk memperingati 22 tahun Tragedi Arakundo.

Anggota Satpol PP Tusuk dan Pukul Dua Pengamen, Melapor Malah Dikeroyok, Diperas Rp 20.000

Sejak 1976, Almarhum Abu Sanusi Direstui Hasan Tiro Pimpin Gerilyawan GAM Wilayah Peureulak

Mayat-mayat Itu Dibuang dari Truk

Sebuah truk yang masuk ke jembatan lama Arakundoe, Rabu dinihari (3/2/1999) diduga kuat mengangkut korban pembantaian militer di Idi Cut.

Dugaan ini semakin terang, karena mulal Rabu malam dan Selasa siang, sudah empat jenazah ditemukan di Sungai Arakundo, Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur.

Dua warga Idi Cut dan dua lainnya warga Julok.

Beberapa warga kepada Serambi, mengungkapkan, Rabu (3/2/1999) dinihari sekitar pukul 02.30 WIB, mereka mendengar deru mesin kendaraan menuju arah jembatan lama, sekitar 100 meter dari jembatan baru.

Mereka sangat heran kenapa truk itu masuk ke sana, padahal jangankan kendaraan roda empat, roda dua saja sulit melintas, karena banyak lantai jembatan yang sudah jebol.

Kedatangan truk itu menjadi perhatian warga, sehingga ada yang mencoba melihat apa yang sedang terjadi.

Semula, warga menganggap truk itu kesasar, namun setelah diintip terlihat di dalam truk padat penumpang berpakaian seragam, seperti pakaian ABRI dan bersenjata lengkap.

Tsunami Aceh dan Cerita SBY, dari Operasi Tanggap Darurat Hingga Berdamai dengan GAM

Mantan Panglima GAM Peureulak Meninggal, Sempat Alami Sakit

Peringati Tragedi Berdarah Arakundo, Sejumlah Mahasiswa Gelar Aksi di Banda Aceh

Menurut warga, begitu sampai di ujung jembatan, beberapa orang di antaranya turun dan memblokir lokasi itu.

Sedangkan truk warna biru itu masuk ke arah jembatan dengan mundur dan di dalamnya masih tersisa beberapa penumpang.

Namun, warga tidak mengetahui jelas apa yang dilakukan penumpang truk itu.

Tidak lama kemudian truk keluar, setelah semua orang bersenjata tadi naik kembali dan truk menuju ke arah timur, searah dengan Kota Idi Cut.

Arakundoe hanya berjarak sekitar 23 Km sebelah barat Idi Cut.

Dokumentasi Versi Cetak Serambi Indonesia - Saban hari, makin ramai saja pengunjung yang mendatangi jembatan Arakundoe Sebab, di lokasi inilah gencar dilakukan pencarian mayat korban Insiden Idi Cut, Aceh Timur, yang setelah dibantai dibuang ke sungai Lokasi ini terpaut 23 kilometer dari tempat kejadian Kemarin, diperkirakan 5.000 warga memadati jembatan yang Rabu lalu masih berlumur darah itu. (ARSIP SERAMBI INDONESIA)

Pagi harinya sekitar pukul 07.30 WIB penduduk mencoba melihat ke jembatan apa yang terjadi semalam, ternyata darah segar terlihat atas jembatan tua itu.

Dengan adanya percikan darah itu membuat warga curiga kalau yang dibuang ke sungai malamnya adalah korban tragedi di Simpang Kuala Idi Cut Rabu dinihari.

Mengenang 16 Tahun Kepergian Ishak Daud, Sang Panglima GAM yang Meninggal Bersama sang Istri

Kisah Junizar, Anak Mantan Kombatan GAM, Ayahnya Meninggal Tertembak

Ditanyai kenapa berani mengatakan truk yang datang ke lokasi itu milik ABRI, warga mengatakan, mereka masih bisa membedakan ABRI dan warga sipil, konon lagi truk seperti itutidak dimiliki oleh pihak lain kecuali ABRI.

Hingga pukul 18.00 WIB hari itu, banyak warga Kecamatan Julok dan Simpang Ulim yang datang menyaksikan darah di besi-besi jembatan.

Sementara itu, beberapa warga Kecamatan Darul Aman, Nurussalam, Julok, Idi Rayeuk, Simpang Ulim, dengan hati gundah datang ke Puskesmas Idi Cut dan Idi Rayeuk.

Mereka mencari keluarganya yang hilang.

Muhammad Amin, misalnya, mencari anaknya Rusli (16) yang hilang dalam tragedi Idi Cut.

Menurut Muhammad Amin, sang anak minta izin pergi ke acara ‘Dakwah Aceh Merdeka’ bersama temannya dan ternyata sampai pagi hari itu tidak kembali.

Peristiwa yang sama ikut dialami keluarga A Wahab dan Ny Hasanah (30).

Anak mereka, Mukadir (14), penduduk Desa Seuneubok Aceh Idi Cut hilang belum diketahui.

Alm Tgk Ishak Daud di Mata Pengawalnya, Sosok Pemberani dan Selalu Ingatkan Pasukan GAM untuk Shalat

Ketika Mantan Panglima GAM Bertemu Mantan Danjen Kopassus

Menurut teman korban, sekitar pukul 21.30 WIB, putranya itu masih duduk di kios warga di kawasan Simpang Kuala Idi Cut, lokasi peristiwa itu.

Namun sampai hari itu keluarga A Wahab masih mencari anaknya ke berbagai Puskesmas dan belum ditemukan.

Sungai Arakundo menyishakan begitu banyak misteri, ketika Daerah Operasi Militer (DOM) sedang gencar gencarnya diberlakukan sekitar tahun 1991, warga setempat menemukan beberapa mayat yang mengapung di sungai itu.

Menurut keterangan, pernah suatu malam pada tahun 1991 itu dari atas jembatan baru, seseorang merintih minta tolong ketika diturunkan dari sebuah mobil.

Beberapa saat kemudian terdengar bunyi tembakan.

Keesokan harinya penduduk menemukan mayat yang mengapung tak jauh dari jembatan.

Akhir Desember 1998, sebanyak lima anggota ABRI korban sweeping Lhoknibong juga ditemukan mengapung di sungai tersebut.

Terungkap Sosok Pembunuh Jenderal TNI dalam Tragedi G30S/PKI, Ada Video Rekaman Dokumenter Langka

Kisah Hidup GAM Denmark Tarmizi Age, Menyambung Hidup Berjualan Telur dan Beras di Tangerang  

Februari 1999, empat mayat warga sipil kembali ditemukan masyarakat.

Mereka adalah korban tembakan aparat keamanan ketika membubarkan massa di Idi Cut.

Kalaupun banyak menyimpan misteri, namun bagi sebagian warga setempat, Sungai Arakundo adalah sumber nafkah menghidupi keluarganya.

Mereka mengerukpasir berkualitas tinggi yang kemudian dipasok ke kota-kota terdekat.

Waktu itu ABRI mengerahkan sejumlah pasukan menyisir sepanjang sungai. (Arsip Serambi Indonesia/Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Baca Juga Lainnya:

Banyak Nakes di Pidie Khawatir dan Takut Disuntik Vaksin Covid-19, Jadwal Pertama 10 Februari

Satu Keluarga di Surabaya Jadi Copet, Setiap Pelaku Punya Tugas Masing-masing

Bos Warung Kopi Serang dan Ancam Petugas saat Razia Prokes, Ternyata Anak Pensiunan Polri

Berita Terkini