Pojok Humam Hamid

MSAKA21: Indrapuri, Candi yang Menjadi Masjid - Bagian IX

Batu-batu tua Indrapuri adalah kitab terbuka yang, jika kita mau membaca, akan menceritakan kisah konversi kosmos, dari animisme, ke Hindu

|
Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Candi Indrapuri tidak dihancurkan sepenuhnya. Ia dialihfungsikan, diislamkan, diubah menjadi masjid. 

Batu-batu lama tetap dipertahankan, dinding-dinding batu yang membentuk persegi panjang dijadikan alas masjid.

Inilah yang membuat Indrapuri istimewa.

Ia adalah arsitektur konversi. 

Di tempat lain, kuil-kuil Hindu dihancurkan untuk mendirikan masjid baru, atau gereja dirubuhkan untuk membangun masjid. 

Tetapi di Indrapuri, tidak ada tabula rasa. 

Yang ada adalah semacam kompromi sejarah, yang lama dipakai ulang untuk menopang yang baru.

Hari ini, jika kita berdiri di halaman Masjid Indrapuri, kita masih bisa melihat jejak candi itu. 

Ia bukan lagi tempat persembahan untuk Indra, tetapi untuk Allah. SWT.

Namun dalam batu-batu itu, jejak Hindu tidak sepenuhnya hilang. Ia menjadi lapisan sunyi yang menopang lapisan baru.

Dalam kacamata hari ini, Indrapuri bukan hanya situs keagamaan, tetapi juga arena politik. 

Tradisi lisan menyebutkan bahwa beberapa sultan Aceh dilantik di masjid ini. 

Artinya, fungsi candi sebagai pusat legitimasi politik tidak lenyap, hanya berubah dari Hindu ke Islam.

Di tangan raja Hindu, Indrapuri adalah kota Indra, sumber legitimasi kosmik. 

Di tangan sultan Islam, Indrapuri adalah masjid, sumber legitimasi syariat. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved