Pojok Humam Hamid
Penyakit Akar Busuk Negara dan Tragedi Hari Ini
Yang paling mendesak, oligarki yang telah melakukan kesalahan berjilid-jilid harus ditindak tanpa pandang bulu.
Rivalitas Amerika dan China, instabilitas kawasan Indo-Pasifik, perang dagang dan perang mata uang, serta ancaman keamanan kawasan yang mengendap di wilayah Asia Tenggara.
Di saat yang sama, ada peluang strategis yang luar biasa. Ada arus besar zaman yang sedang berlangsung, kebangkitan Abad Asia, ekspansi ekonomi digital, energi hijau, dan pergeseran pusat pertumbuhan global ke kawasan sabuk Pasifik.
Namun jika penyakit dalam negeri ini tak segera disembuhkan, kita bukan hanya gagal menjadi besar dan hebat, tetapi akan jatuh tersungkur secara tragis--menjadi negara dengan bonus demografi yang gagal, rakyat yang frustrasi, dan elite yang terus memelihara ilusi masa depan
Baca juga: VIDEO - Sumpah Prabowo Basmi Koruptor dan Mafia Sekuat Apapun Mereka!
Menggali dan membuang akar busuk
Apa yang harus dilakukan pemimpin hari ini?
Jika hari ini Presiden Prabowo benar-benar ingin menyelamatkan republik ini dari keruntuhan total, maka ia harus berani menggali dan mengangkat akar-akar busuk itu.
Bukan dengan menambal, bukan dengan pidato, bukan dengan reshuffle simbolik.
Tapi dengan terapi menyeluruh.
Ia wajib mencabut regulasi yang menindih rakyat, mereformasi sistem perpajakan agar adil dan progresif, membatalkan belanja negara yang menyakiti rasa keadilan, dan mengembalikan negara ke fungsinya yang sejati, yakni, melindungi dan memberdayakan rakyat.
Ia harus memimpin langsung pemberantasan korupsi, bukan sebagai slogan, tapi sebagai perang moral terhadap para pelanggar konstitusi yang berkeliaran dalam setelan jas dan lencana kekuasaan.
Ia harus berani memecat bawahan yang tak becus, yang menyakiti rakyat dengan kebijakan elitis dan bahasa birokrasi yang dingin.
Sistem politik nasional perlu diatur ulang--dibersihkan dari sarang transaksi dan dikembalikan menjadi ruang pengabdian, bukan ladang perburuan rente.
Dan yang paling mendesak, oligarki yang telah melakukan kesalahan berjilid-jilid harus ditindak tanpa pandang bulu.
Tidak boleh lagi ada kekuasaan yang kebal, tidak boleh ada uang yang mengatur negara dari balik layar.
Karena jika pemimpin tertinggi negara memilih kompromi, maka bangsa ini akan memilih jalan buntu sejarah.
Sejarah telah mencatat.
Negara yang gagal mendengar jerit akar, akan roboh bahkan saat daunnya masih hijau.
*) PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.
Artikel dalam rubrik Pojok Humam Hamid ini menjadi tanggung jawab penulis.
Naleung Lakoe Vs Bak Asan, Memahami Aksi Demo Agustus 2025 |
![]() |
---|
MSAKA21: Aceh - Roh yang Tak Pernah Mati dan Animisme Ribuan Tahun - Bagian VII |
![]() |
---|
20 Tahun Aceh Damai: Gen Z, Egepe, Pesimisme Konstruktif, dan Imajinasi Tragis |
![]() |
---|
Netanyahu dan Gaza City: Ketika Jalan Pulang dan Jalan Keluar Terkunci |
![]() |
---|
MSAKA21: Jejak Panjang yang Sunyi, Aceh Sebelum Hindu–Buddha- Bagian VI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.