Pojok Humam Hamid

MSAKA21: Peureulak dan Samudera Pasai, Poros Mula Islam Nusantara - Bagian XIII

Dalam lintasan sejarah kedatangan Islam ke sebagian wilayah Asia Tenggara, Peureulak dan Samudera Pasai menonjol sebagai dua poros utama

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Prof. Dr. Ahmad Humam Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Berada di jalur pelayaran utama Selat Malaka, yang sejak lama menjadi rute perdagangan tersibuk di dunia, wilayah ini menghubungkan dunia Islam di Timur Tengah dan Asia Selatan dengan Asia Timur.

Para saudagar Muslim dari Arab, Persia, dan Gujarat menggunakan jalur ini dengan cermat, memanfaatkan pola angin muson sebagai penunjuk arah pelayaran.

Muson barat dari November hingga Maret membawa kapal ke Nusantara, sementara muson timur dari Mei hingga September mengantarkan mereka kembali ke arah barat.

Pola pelayaran musiman ini menciptakan komunitas musiman yang kemudian bertransformasi menjadi permukiman tetap, membentuk pusat-pusat Islam yang kuat dan dinamis di pesisir utara Sumatra.

Komunitas ini juga memungkinkan akulturasi budaya yang harmonis, di mana Islam tidak hanya diterima sebagai agama baru, tetapi juga diadaptasi dengan nilai-nilai lokal, menghasilkan identitas Nusantara yang unik dan inklusif.

Baca juga: Nisan Tokoh Muslim Era Lamuri di Laweung Digulingkan ke Jurang, Prajurit TNI dan Warga Bereaksi

Lamuri dan Fansur: Pelabuhan Penting, Tapi Bukan Poros Islamisasi

Sebagai pembanding, pelabuhan Lamuri dan Fansur- Singkil juga dikenal penting sejak abad ke-9 Masehi.

Lamuri, di sekitar Banda Aceh, tercatat dalam sumber Arab dan Tiongkok sebagai pelabuhan yang mengenal Islam sejak dini.

Namun, Lamuri tidak berkembang menjadi kerajaan Islam yang mapan dengan struktur politik dan agama terorganisir.

Fansur, terkenal dengan produk kapur barusnya yang legendaris, menjadi pusat perdagangan signifikan tetapi peran institusi Islam di sana tidak menunjukkan kekuatan yang sama.

Bukti arkeologis yang mengindikasikan keberadaan institusi Islam kuat di Barus sangat minim jika dibandingkan dengan Peureulak dan Pasai.

Hal ini menegaskan bahwa meski wilayah-wilayah ini penting secara ekonomi, peran Peureulak dan Samudera Pasai sebagai pusat transformasi sosial dan agama jauh lebih dominan.

Baca juga: Lamuri Bangsa Camik Pertama di Aceh?

Warisan Peureulak dan Pasai: Fondasi Islamisasi Nusantara

Keberhasilan Peureulak dan Samudera Pasai dalam mengintegrasikan Islam ke dalam kehidupan sosial dan politik menjadikan keduanya sebagai lumbung utama Islamisasi di Nusantara.

Dari sini, Islam menyebar ke berbagai wilayah lain, membentuk kerajaan-kerajaan Islam besar seperti Malaka, Aceh Darussalam, Demak, dan Banten.

Proses ini membentuk mosaik keislaman Nusantara yang khas--dinamis, inklusif, dan adaptif terhadap budaya lokal.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved