KUPI BEUNGOH

Membaca Kearifan Tambang dalam Hadih Maja dan Syair Langgolek

Tambang mungkin mempercepat pembangunan, tetapi juga mempercepat kerusakan jika tidak dikendalikan dengan hati dan nurani.

Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/HO
ROZAL NAWAFIL, Alumni IPDN, Mahasiswa Pascasarjana UISU, dan Analis Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah pada Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya, tinggal di Blangpidie, Aceh Barat Daya. 

Syair ini adalah alegori tentang nafsu manusia yang tak pernah puas menggali bumi demi dunia. 

Ketika iman melemah dan nafsu dibiarkan bebas, “tembok besi” itu runtuh—dan Ya’juj-Ma’juj zaman modern pun keluar: kerakusan, eksploitasi, dan keserakahan.

Hilang emas bisa ditimbang, tetapi hilang anak manusia ke mana dicari?

Tambang boleh hadir, tetapi jangan sampai menghancurkan generasi penerus.

Emas mungkin memberi cahaya sementara, tetapi kelestarian alam dan manusia adalah cahaya kehidupan yang sejati.

*) PENULIS adalah Alumni IPDN, Mahasiswa Pascasarjana UISU, dan Analis Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah pada Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya, tinggal di Blangpidie, Aceh Barat Daya.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved