KUPI BEUNGOH
Membaca Kearifan Tambang dalam Hadih Maja dan Syair Langgolek
Tambang mungkin mempercepat pembangunan, tetapi juga mempercepat kerusakan jika tidak dikendalikan dengan hati dan nurani.
Syair ini adalah alegori tentang nafsu manusia yang tak pernah puas menggali bumi demi dunia.
Ketika iman melemah dan nafsu dibiarkan bebas, “tembok besi” itu runtuh—dan Ya’juj-Ma’juj zaman modern pun keluar: kerakusan, eksploitasi, dan keserakahan.
Hilang emas bisa ditimbang, tetapi hilang anak manusia ke mana dicari?
Tambang boleh hadir, tetapi jangan sampai menghancurkan generasi penerus.
Emas mungkin memberi cahaya sementara, tetapi kelestarian alam dan manusia adalah cahaya kehidupan yang sejati.
*) PENULIS adalah Alumni IPDN, Mahasiswa Pascasarjana UISU, dan Analis Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah pada Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya, tinggal di Blangpidie, Aceh Barat Daya.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI
tambang emas
Padi
kearifan lokal
hadih maja
Syair Langgolek
Aceh
kupi beungoh
Serambi Indonesia
Serambinews
| Dibalik Kerudung Hijaunya Hutan Aceh: Krisis Deforestasi Dan Seruan Aksi Bersama |
|
|---|
| MQK Internasional: Kontestasi Kitab, Reproduksi Ulama, dan Jalan Peradaban Nusantara |
|
|---|
| Beasiswa dan Perusak Generasi Aceh |
|
|---|
| Menghadirkan “Efek Purbaya” pada Penanganan Stunting di Aceh |
|
|---|
| Aceh, Pemuda, dan Qanun yang Mati Muda |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.