KUPI BEUNGOH
Nurul Husna dari UIN Ar-Raniry Ungkap Pemicu Meningkatnya Jumlah Penderita HIV/AIDS di Aceh
Di tengah label Aceh sebagai daerah Syariat Islam, membicarakan topik HIV/AIDS dianggap tabu dan sensitif.
Persoalan ini juga menuntut perubahan sikap masyarakat dari diam menjadi peduli dan saling menjaga, baik menjaga diri agar tidak tertular, menjaga perasaan, martabat, dan harapan orang lain.
Masyarakat memiliki peran besar dalam memutus rantai stigma ini.
Edukasi publik, empati sosial, dan keberanian untuk membicarakan isu HIV secara terbuka adalah langkah awal menuju perubahan.
Kesadaran adalah vaksin sosial yang ampuh. Perjuangan melawan HIV bukan hanya menekan jumlah kasus, tapi tentang menumbuhkan rasa empati dan menghentikan stigma.
Ini tentang mengembalikan ruang bagi mereka yang pernah kehilangan tempat di masyarakat.
Sebab pada akhirnya, musuh sejati bukanlah virusnya, tetapi ketidaktahuan yang membuat kita seakan mati dan berhenti peduli. Semoga!
*) PENULIS adalah Happyna Ramadhani dan Niftara Fhonaya (Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Ar-Raniry Banda Aceh)
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI
| MBG “Mimpi Buruk” Membangun Generasi Cerdas |
|
|---|
| Meretas Makna di Balik Gelar Pendidikan Tinggi dalam Dinamika Profesi dan Pergulatan Makna Hidup |
|
|---|
| Perubahan Wajah Epidemi HIV di Aceh, dari Isu Medis ke Krisis Sosial Remaja |
|
|---|
| Perlindungan Anak vs Pendidikan Moral: Saat Regulasi Menyimpang dari Amanat Konstitusi |
|
|---|
| Saat Buku Fisik Mulai Tersisih oleh Layar |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Nurul-Husna-bersama-Happyna-Ramadhani-dan-Niftara-Fhonaya_teliti-HIV-AIDS_UIN-Ar-Raniry.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.