KUPI BEUNGOH

Nurul Husna dari UIN Ar-Raniry Ungkap Pemicu Meningkatnya Jumlah Penderita HIV/AIDS di Aceh

Di tengah label Aceh sebagai daerah Syariat Islam, membicarakan topik HIV/AIDS dianggap tabu dan sensitif.

Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/HO
Dosen pada Prodi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Nurul Husna (tengah) bersama Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Happyna Ramadhani (kiri) dan Niftara Fhonaya (kanan) 

“Ketika seseorang terdiagnosis positif, yang terdampak bukan hanya fisiknya, melainkan juga status sosialnya, ekonominya, bahkan spiritualismenya. 

Banyak penyintas yang kehilangan pekerjaan, dijauhi lingkungan bahkan mendapat diskriminasi,” kata Husna. 

Pernyataan itu bukan sekedar teori yang di tulis di atas kertas. Husna mengenang sebuah kisah yang masih melekat di ingatannya.

Baca juga: HIV/AIDS Meningkat Signifikan Didominasi Seks Sesama Lelaki

Ia pernah mendengar tentang seseorang penderita HIV di Aceh yang meninggal dunia, namun warga sekitar menolak untuk memakamkan jenazahnya karena takut tertular. “Tragis bukan?” ujar Husna bernada tanya.

“Itu sangat menyedihkan. Padahal virusnya tidak bisa menular lewat sentuhan atau udara. 

Penolakan seperti itu lahir atas dasar ketidaktahuan, bukan kebenaran,” papar ibu dari Salsabila Humaira, mahasiswi cantik yang sedang mengikuti pendidikan double degree program magister di Universitas Padjadjaran Bandung ini.

Kisah tersebut menampar banyak orang. Bagi Husna, kisah itu menjadi bukti nyata bahwa stigma bisa lebih mematikan daripada virus itu sendiri.

Memutus Mata Rantai Penularan HIV

Kesadaran menjadi langkah utama untuk memutus rantai penularan HIV

Upaya pencegahan HIV sebenarnya bisa dimulai dari hal-hal sederhana, seperti menghindari hubungan seksual yang berisiko, tidak berbagi jarum suntik atau alat tato yang tidak steril.

Baca juga: Inflasi: Pencuri yang tak Pernah Ditangkap

Selain itu, perlu melakukan skrining darah sebelum transfusi, melakukan pemeriksaan HIV secara rutin, terutama bagi pasangan yang akan menikah. 

“Calon pasangan pengantin perlu sama-sama memeriksa diri sebelum melangsungkan pernikahan,” katanya.

Bagi ibu hamil, lakukan pemeriksaan HIV sejak awal kehamilan untuk mencegah penularan kepada bayi. 

Seperti dijelaskan dalam Pedoman Nasional Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) Kementerian Kesehatan RI (2023) dan panduan WHO (2022).

Langkah-langkah pencegahan sederhana di atas menjadi kunci untuk menekan laju penularan HIV dan membangun kesadaran bahwa pencegahan dimulai dari diri sendiri.

Dari hasil wawancara dengan Husna, ia menegaskan bahwa HIV tidak bisa hanya diserahkan kepada medis atau pemerintah. 

Baca juga: Teliti Kepedulian pada Penderita Aids di Aceh, Nurul Husna Ikuti Sidang S3 di USU Medan

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved