Kupi Beungoh

Meretas Makna di Balik Gelar Pendidikan Tinggi dalam Dinamika Profesi dan Pergulatan Makna Hidup

Lebih dari itu ia adalah perjalanan panjang yang menuntun manusia menelusuri kedalaman batin dan menemukan keheningan jiwa yang sejati.

Editor: Agus Ramadhan
FOR SERAMBINEWS.COM
Dr Aishah MPd. 

Secara vague saya melihat penugasan sporadis tanpa jelas tupoksi sebagai refleksi dari mekanisme kekuasaan tersembunyi yang menjaga agar status quo tidak mudah tergeser oleh kehadiran individu yang berpotensi yang dapat saja menggeser posisi kelompok dominan.

Dalam sistem dan budaya kita, penghargaan terhadap intelektualitas sering bersanding dengan rasa iri, ketidakpastian, hingga ketidakdewasaan dalam menerima keberhasilan orang lain.

Dalam beberapa pandangan teori organisasi dan manajemen sumber daya manusia, ketidakjelasan peran dalam lingkungan kerja adalah potensi demotivasi dan penurunan produktivitas, sebagaimana diformulasikan oleh Herzberg yang menegaskan bahwa faktor-faktor seperti pengakuan dan kejelasan peran adalah kunci kepuasan kerja (Herzberg, 1968).

Herzberg, F (1968) dalam bukunya. One More Time: How Do You Motivate Employees? Harvard Business Review.

 Penelitian terbaru mendukung hal ini, studi oleh Gunarti dan Lestari (2025) menemukan faktor lingkungan kerja yang kondusif dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

Lingkungan kerja yang tidak mendukung dan penugasan yang tidak jelas secara langsung memengaruhi komitmen organisasional dan produktivitas (Gunarti & Lestari, 2025). Jurnal: Gunarti dan Lestari (2025), Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan.

Dalam lingkungan akademis sendiri yang menuntut standar tinggi, berdisiplin, bahkan kritis hingga seringkali menyakitkan, justru memberikan landasan yang kokoh untuk membangun daya tahan mental (resiliensi).

Seperti hadirnya dosen yang tegas dan tuntutan akademik yang ketat membentuk karakter seseorang menjadi lebih kuat, terasah dan mampu menghadapi ujian hidup dengan kepala tegak. Sehingga ini menjadi suatu bentuk yang membuat  seseorang menemukan kekuatan internalnya.

Banyak penulis dan pemikir besar lahir dari luka dan pengalaman pahit mereka, rasa sakit itu menggerakkan mereka untuk menulis, mengungkapkan, dan bertransformasi menjadi suara yang kuat.

Individu yang mengalami hal ini diberikan kata-kata oleh pengejek misalnya, akan membuka jalan untuk menemukan diri melalui tulisan, memperjelas pikiran, dan mengokohkan hati agar tidak mudah patah semangat.

Satu lagi dalam manajemen SDM tentang kebijakan internal dan pengelolaan SDM di buku yang ditulis oleh Boxall & Purcell (2016), Strategy and Human Resource Management, mengatakan bahwa penugasan yang sporadis dan level grade rendah mencerminkan ketidakmampuan organisasi dalam mengelola sumber daya manusia secara optimal dan adil.

Selain kebijakan internal yang lemah yang tidak mampu mengakomodasi kapasitas dan potensi individu dengan pendidikan tinggi, dan sekaligus menjaga keseimbangan sosial dalam organisasi.

Kembali pada paragraf awal, pendidikan tinggi bukan sekedar tuntutan intelektual semata, melainkan merupakan jalan menuju kebijaksaan yang mendalam. Dapat dikatakan juga bukan sekedar soal menumpuk gelar dan mengumpulkan pengetahuan formal semata.

Dalam perspektif psikologi dan ajaran Islam, tentu pemahaman tentang makna pendidikan dan kehidupan jaun lebih dalam.

Keseimbangan antara aspek rasional (akal), aspek emosional (nafs), dan aspek spiritual (qalbu atau hati) menjadi kunci utama dalam mencapai kondisi jiwa yang sehat dan tenang.  

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved