Kupi Beungoh
Romantisasi Kerja Tanpa Pamrih
Pertanyaannya, mungkinkah manusia bekerja tanpa pamrih dan tidak terasing? Mungkin saja jika relasi kerja dan keadilan sosial ditata ulang
Manusia sebagai makhluk yang sadar dan kreatif. Di dalam kerja, manusia menemukan makna dirinya sendiri agar tak terasing.
Misalkan, bekerja sebagai dosen selain mengajar, di waktu lain bisa melukis, bermain musik. Petani selain menggarap sawah, ada waktu luang berpuisi.
Kultur itu hanya mungkin terwujud dalam sistem masyarakat komunal, ketika tidak ada dominasi atas alat produksi dan setiap orang memiliki kendali atas hasil kerjanya. Ini kesan nya utopia belaka, namun tidak bisa kita katakan ideal juga, hanya saja bukti antropologi sebagaimana dicatat Marshall Sahlins dalam Stone Age Economics (1972) bahwa kebutuhan terpenuhi bukan lewat akumulasi.
Sumber daya justru dikelola dan dibagi secara bersama (kolektif). Ini menunjukkan bahwa komunalitas sudah lebih dulu eksis sebelum sistem kapitalisme menguasai dunia saat ini.
Penulis: Peneliti Bidang Politik dan Kebijakan Publik, Lembaga ESGE Study Center Email: Akhsanfuqara@gmail.com
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI
| 3 Kuda Poni Kematian Finansial: Judi Online, Pinjol & Penipuan Menghancurkan Kelas Menengah Digital |
|
|---|
| Kisah Pilu Nelayan di Peukan Bada: Hidup di Gubuk Reot, Anak-anak Putus Sekolah |
|
|---|
| Rendah Mutu Dan Reputasi Kampus: Akibat Stagnasi Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi |
|
|---|
| Migas Aceh, Hantu di Bawah Tanah, Bayang-bayang di Atas Kemiskinan |
|
|---|
| Saat Perpustakaan Tak Lagi Jadi Tempat Favorit Anak Muda |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.