Kupi Beungoh
Ketika Buku Berdebu, dan Layar Jadi Teman: Masa Depan Perpustakaan di Era Digital
Beberapa tahun terakhir, pemandangan rak buku berdebu di sudut perpustakaan bukan lagi hal yang asing.
Jika kita melihat lebih dalam, alasan perpustakaan menjadi sepi bukan hanya karena kalah oleh teknologi, tetapi karena gagal membaca arah perubahan perilaku masyarakat. Ketika generasi muda lebih aktif di platform digital, perpustakaan seharusnya hadir di sana juga.
Pustakawan bisa membuat konten edukatif singkat, membahas buku menarik, atau berbagi tips tentang literasi digital. Inilah bentuk baru dari layanan perpustakaan yang tidak lagi terikat pada gedung dan rak buku, tetapi hadir di ruang digital tempat masyarakat banyak beraktivitas.
Teknologi tidak akan mematikan perpustakaan jika dikelola dengan visi yang jelas dan semangat inovasi. Justru, teknologi dapat memperpanjang usia perpustakaan dengan cara memperluas jangkauan, memperkuat relevansi, dan memperkaya pengalaman penggunanya.
Masa depan perpustakaan tidak lagi hanya berbicara tentang tumpukan buku, melainkan tentang bagaimana pengetahuan disebarkan, diakses, dan dimaknai oleh manusia.
Di era di mana layar menjadi teman sehari-hari, perpustakaan tetap memiliki fungsi penting sebagai tempat untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk informasi digital, merenung, dan belajar dengan kesadaran penuh.
Maka biarlah buku-buku tua tetap berdiri sebagai saksi sejarah, sementara layar menjadi jendela yang membuka masa depan. Perpustakaan tidak harus memilih di antara keduanya. Ia hanya perlu satu hal, yaitu terus hidup, tumbuh, dan beradaptasi bersama zaman.
Penulis Khairah Mahasiswa: Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Email: khairah911@gmail.com
| Biaya Hidup Melonjak dan Krisis Pekerjaan di Indonesia: Sebuah Tinjauan Filsafat Ilmu |
|
|---|
| Romantisasi Kerja Tanpa Pamrih |
|
|---|
| 3 Kuda Poni Kematian Finansial: Judi Online, Pinjol & Penipuan Menghancurkan Kelas Menengah Digital |
|
|---|
| Kisah Pilu Nelayan di Peukan Bada: Hidup di Gubuk Reot, Anak-anak Putus Sekolah |
|
|---|
| Rendah Mutu Dan Reputasi Kampus: Akibat Stagnasi Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.