Kupi Beungoh

USK dan Diplomasi Blue Carbon Indonesia–Korea

Kehadiran SNU dan KOICA menunjukkan bahwa isu mangrove dan blue carbon kini bukan lagi wacana lokal, tetapi agenda geopolitik.

Editor: Agus Ramadhan
FOR SERAMBINEWS.COM
Prof. Dr. Ir. Muhammad Irham, S.Si, M.Si. 

USK tidak sekadar menjadi peserta, USK menjadi pusat produksi pengetahuan.

Area Kuala Gigieng sebagai lokasi riset menawarkan keunggulan ekologis dan historis.

Kawasan mangrove di Aceh merupakan laboratorium alam yang mencerminkan dinamika pemulihan, interaksi sosial-ekologi, dan praktik pengelolaan berbasis masyarakat.

USK telah menguasai lanskap penelitian ini selama bertahun-tahun, dari pemetaan, monitoring, sampai pemodelan karbon. 

Dengan demikian, riset USK akan menjadi salah satu fondasi penting dalam membangun measurement, reporting, and verification (MRV) untuk potensi blue carbon Indonesia.

Lebih jauh, konsorsium perguruan tinggi dalam proyek ini menetapkan USK sebagai tuan rumah scientific workshop pada April 2026.

Workshop ini bukan sekadar forum akademik, tetapi ruang bagi knowledge integration antara metode Korea dan pengalaman lapangan Indonesia.

Keputusan menunjuk USK sebagai tuan rumah adalah pengakuan langsung bahwa USK memiliki keahlian, fasilitas, jaringan lokal, dan kredibilitas ilmiah untuk memimpin agenda riset mangrove pada level nasional maupun regional.

Kapasitas USK di bidang ini, mulai dari pemetaan ekosistem, pengukuran karbon, hingga pemodelan sistem pesisir, menjadikannya knowledge hub yang sangat relevan.

Di bawah dukungan rektorat, integrasi lintas fakultas dan penguatan laboratorium riset juga berjalan lebih cepat, memastikan bahwa tim USK mampu bersaing dalam riset berskala internasional.

Ilmu, Diplomasi, dan Masa Depan Ekosistem Pesisir

Model kerja sama Indonesia–Korea ini menunjukkan bahwa universitas bukan lagi sekadar institusi pendidikan, tetapi agen diplomasi.

Dalam konteks blue carbon, diplomasi ilmu pengetahuan sangat penting karena data ilmiah menjadi basis dalam klaim karbon, pendanaan iklim, dan desain kebijakan global.

Jika Indonesia ingin memaksimalkan nilai ekologis dan ekonomi mangrovenya, maka kualitas riset dan integritas datanya harus diakui secara internasional.

Kontribusi USK dalam proyek ini menunjukkan bahwa kampus daerah dapat memainkan peran global ketika memiliki kapasitas riset yang kuat, sejarah panjang bekerja dengan masyarakat, dan orientasi akademik yang relevan dengan isu strategis nasional.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved