Breaking News

Citizen Reporter

Duo Aceh Tracker Selesaikan Ekspedisi Pendakian Marathon 6 Gunung Pidie jaya

Said dan Sultan telah selesai melaksanakan jelajah pendakian 6 (enam) gunung secara marathon di Pegunungan Selatan Pidie Jaya.

|
Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/HO
The Dynamic Duo Aceh Tracker, Said dan Sultan jelang melakukan start pendakian. 

Dalam ekspedisi Pidie Jaya ini, Aceh Tracker menemukan fakta yang cukup miris dimana terdapat perilaku nyampah (oleh manusia) yang sangat berbahaya bagi lingkungan pegunungan. 

Selain itu, cukup sedih melihat ketika ada kelompok manusia yang ‘membuka’ lapak camp tapi menebang terlalu banyak pohon untuk sekedar ngecamp. 

Di sekitar puncak Gle Gamut, tim menemukan sampah (yang sebagiannya coba disembunyikan di bawah pohon) berupa limbah baterai kering (ukuran) A1 sebanyak 2 pcs, A3 sebanyak 2 pcs, tali plastik ikat area sheltercamp di pohon, bungkus permen, karet gelang berserakan, sampah sachetan, korek mancis, puntung (filter) rokok dan sarung tangan wol 1 pasang.

 Perilaku nyampah ini sangat ironi dengan profil Gle Gamut yang sebenarnya jarang didaki. 

Padahal limbah baterai kering termasuk Limbah B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun. 

Manusia-manusia pendaki yang secara sadar meninggalkan limbah tersebut, menurut Aceh Tracker perlu di rukiyah.

Karena kelakuan seperti ini lebih mirip kerasukan setan karena tidak mungkin dilakukan secara sadar. Dan hal ini tentunya menambah ketidaksukaan gunung terhadap manusia.

Camp ekspeditor Aceh Tracker di sekitar saddle dekat lereng Gle Kareueng Rhieng.
Camp ekspeditor Aceh Tracker di sekitar saddle dekat lereng Gle Kareueng Rhieng. (SERAMBINEWS.COM/HO)

Moralitas pendaki atau penjelajah gunung dalam aspek pelestarian alam mungkin tidak bisa di tatar khusus di dalam atau di luar ruang.

Karena sejatinya setiap manusia dewasa dan sehat mental pastinya telah mengetahui bahaya pencemaran lingkungan tersebut. 

Baca juga: Dua Pendaki Aceh Tracker Lanjutkan Ekspedisi Gunung Abong-abong Gayo Lues

Secara pribadi, Pawang Aceh Tracker telah ‘mengoleksi’ 14 pcs limbah baterai di gunung dalam rentang waktu 3 bulan. 

Yakni 4 pcs baterai (ukuran) A1 berwarna kuning kombinasi di jalur pegunungan Lembu Aceh Timur, 3 pcs baterai A2 berwarna hijau kombinasi di sekitar Gle Mujrat Chik.

Kemudian 2 pcs baterai A1 berwarna silver dan 2 pcs baterai A3 berwarna hitam kombinasi di puncak Gle Gamut dan 3 pcs baterai A2 hijau kombinasi di sekitar Gle Salapacang.

Dari sejak startpoint (titik awal) pendakian di sekitar irigasi Gampong Alue Sane hingga kilometer XX akses jalur masih terlihat juga dilalui kendaraan bermotor (roda dua). 

Seterusnya setelah kilometer 4 jalur ekspedisi, tim baru memasuki area hutan belantara. 

Terdapat jalur lama yang telah dilalui manusia hingga puncak Gle Kareueng Rhieng yang ditandai dengan adanya bekas tebasan. 

Setelah Gle Kareung Rhieng, jalur tersebut putus sehingga tim harus merintis jalur melintasi saddle (pelana) antara puncak Gle Kareung Rhieng dengan lereng timur Gle Gamut. 

Saddle atau pelana adalah area relative datar yang berada diantara 2 puncak atau lebih. 

Saddle bisa juga berada di pangkal lembahan, terlepas lembahan tersebut curam atau landai. 

Lebatnya hutan lumut di sekitar lereng selatan jelang pertigaan menuju puncakan Gle Gamut merupakan kawasan hutan yang masih terjaga. 

Terlebih karena Aceh Tracker menjadi grup manusia pertama yang melintasinya sambil merintis jalur mengikuti laluan binatang.

Untuk area spot camp, Aceh Tracker menerapkan standar khusus untuk ketinggian gunung di bawah 2500mdpl maka ekspeditor tidak menggunakan tenda melainkan hanya memakai flysheet atau tarp-tent.

Karena formasi 2 crew, maka tim menggunakan ukuran 3 x 4 meter. 

Tidur di alam terbuka dengan atap tanpa dinding adalah media latih mental kewaspadaan tinggi saat tidur pulas bahkan di zona pegunungan remote area. 

Rutinitas lainnya di area camp yang diketahui perlu mencari sumber air, maka tim mengoptimalkan waktu sore jelang maghrib untuk melacak sumber air terdekat baik yang sudah di targetkan (plotting) atau di lokasi camp dadakan. 

Puncak gunung Gle Gamut pada ketinggian 1913,7 mdpl yang terdapat beton pilar buatan Belanda.
Puncak gunung Gle Gamut pada ketinggian 1913,7 mdpl yang terdapat beton pilar buatan Belanda. (SERAMBINEWS.COM/HO)

Lalu kemudian mengumpulkan kayu bakar untuk masak nasi guna menghemat penggunaan gas kaleng atau gas butane (butana) yang diperuntukkan untuk lainnya. 

Lalu menghidupkan lampu (lentera) berbahan bakar minyak tanah untuk menghemat penggunaan baterai kering atau powerbank pada jenis lampu tenda apalagi lampu hias.

Untuk ‘keamanan’ sekitar, ciri khas camp Aceh Tracker sejak lembaga ini berdiri adalah penggunaan lampu marine light atau lampu kapal (kelap-kelip) di salah satu sisi berlawanan dengan area sisi masak kayu bakar.

Dengar ceramah Ustad Abdul Somad atau Berbagi Kisah : Sirah Nabawiyah Rasulullah

Selama ekspedisi pendakian gunung, Aceh Tracker selalu menyalakan radio fm (jika terjangkau sinyal) atau menghidupkan Mp3 ceramah agama Ustad Abdul Somad atau Berbagi Kisah : Sirah Nabawiyah Rasulullah Muhammad SAW yang selalu diputar tak hanya di camp namun di setiap spot rest instirahat di jalur. 

Sejatinya, hal ini cukup menyehatkan psikologis tim. 

Menu makan siang siang tim Aceh Tracker sangat sederhana yakni beberapa potong biscuit, mie instant dimakan langsung (kriuukkk) dan serbuk air sachetan. 

Untuk menu konsumsi, tidak ada trik khusus yang perlu diterapkan selama sanggup dibawa dalam ransel sesuai durasi ekspedisi. 

Perhatikan pula untuk selalu membawa obat-obatan pribadi sebagai perbekalan personal.

Tidak dapat dinafikan lagi bahwa seiring perkembangan zaman, teknologi informasi perpetaan sudah begitu mudah untuk diakses seperti apps berbasis perpetaan. 

Aceh Tracker saat menerapkan navigasi yang berbasis apps memilih menggunakan Avenza Maps dan Gaia GPS. 

Namun instrument digital ini bukanlah satu-satunya opsi yang dipakai melainkan pula yang bersifat manual seperti kompas bidik non-prismatik dan peta topografi lembaran. 

Baca juga: Langkah Mitigasi, Dua Pendaki Gunung Aceh Sosialisasi Profil Jalur Gunung Lembu Aceh Timur

Teknik penggunaan kompas seperti cross bearing technique maupun man-to-man dijadikan ‘guide’ arahan sudut azimuth sesuai plotting jalur. 

Penggunaan guide alam seperti lereng punggungan (ridgelines), puncakan, lembahan maupun saddle atau pelana adalah juga untuk meningkatkan akurasi atau presisi ketika melakukan sinergisitas orientasi kenal medan dan orientasi peta. 

Pemakaian atau penggunaan tali jejak atau stringlines atau marka jalur sepanjang lintasan bagi Aceh Tracker itu merupakan hal penting. 

Mengingat marka tersebut dapat pula dipergunakan oleh masyarakat setempat yang mungkin secara kebutulan tersesat ke area tersebut.

Perlintasan dari Gle Gamut menuju ke Gle Salapacang atau ke arah barat lau relative lebih aktif dilalui manusia. 

Ini terlihat dari cukup lebarnya jalur tersebut serta ada banyak lapak camp sepanjang jalur layaknya jalur konvensional. 

Tebasan-tebasan yang ada juga sudah bervariasi dari yang baru beberapa minggu lalu hingga yang paling lama (bertahun-tahun lalu). 

Berbeda dengan jalur di sisi timur lembah Krueng Ulim yang sangat kecil dan mudah hilang atau terputus.

 Jika memiliki pengalaman sebagai penebas atau orang yang berjalan paling depan meristis jalur selama bertahun-tahun, tentu tidak sulit ‘menyamakan’ pikiran dengan penebas anonymous pada masa lalu tersebut saat mencari ‘terusan-terusan’ tebasan kecil di perlintasan. 

Puncak gunung Gle Salapacang pada ketinggian 1531,2mdpl di Pegunungan Selatan Pidie Jaya. Pada puncaknya juga terdapat pilar beton buatan Belanda.
Puncak gunung Gle Salapacang pada ketinggian 1531,2mdpl di Pegunungan Selatan Pidie Jaya. Pada puncaknya juga terdapat pilar beton buatan Belanda. (SERAMBINEWS.COM/HO)

Jarak tempuh dari titik awal menuju puncak Gle Gamut sebagai titik terjauh penjelajahan ekspedisi ini adalah tidak kurang 15 kilometer atau lebih 9,32 mil. 

Sedangkan jalur ‘turun’ dari Gle Gamut menuju Lhok Sandeng via Gle Toidoh adalah 14,7 atau 9,13 mil sehingga jarak tempuh total penjelajahan ekspedisi ini adalah 18,45 mil atau 29,7 km. 

Aceh Tracker biasanya menetapkan plotting jarak antar camp berkisar antara 1,5 hingga 2,5 km tergantung topografi perlintasan.

Ekspedisi Marathon Gunung Pidie Jaya 2025 ini dipersiapkan dengan cermat meliputi penyiapan data info meliputi profil taktis detail kegiatan, KTP, biodata lengkap personil ekspedisi dan Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) ESAR Aceh Tracker yang merupakan pedoman rescuer maupun survivor terkait. 

Dalam data info tersebut tercantum pula catatan aktifitas alam terbuka terkini yang telah dilakukan serta hal-hal yang tidak terdapat dalam KTP. 

Baca juga: Sosok Agam Viral, Aksi Heroik Pemandu Gunung Rinjani Evakuasi Jasad Pendaki Brazil Juliana Marins

Dokumen tersebut kemudian dirangkum dalam satu berkas untuk kemudian ditembuskan sebagai lampiran Surat Pemberitahuan Kegiatan kepada para pihak. 

Seperti Kapolres Cq Kasat.Intelkam, Kapolsek dan Keuchiek Gampong area kegiatan selain diarsipkan oleh D-TRACK (Uniet Rescue Aceh Tracker). 

Aceh Tracker sangat berterima kasih kepada pihak Polres Pidie Jaya, Polsek Bandar Dua, Keuchik Gampong Alue Sane, Masyarakat Lhok Sandeng, rekan- rekan kerabat Aceh Tracker dan seluruh pihak yang telah membantu sehingga ekspedisi ini selesai dilaksanakan.

Puncak gunung Gle Toidoh pada ketinggian 668,9mdpl di Pegunungan Selatan Pidie Jaya yang jaraknya paling dekat dengan Dusun Lhok Pineung, Gampong Lhok Sandeng.
Puncak gunung Gle Toidoh pada ketinggian 668,9mdpl di Pegunungan Selatan Pidie Jaya yang jaraknya paling dekat dengan Dusun Lhok Pineung, Gampong Lhok Sandeng. (SERAMBINEWS.COM/HO)

Aceh Tracker juga sangat terbuka menerima masukan dari berbagai pihak terkait pengembangan kemampuan (capacity building) Sumber Daya Manusia (SDM) penjelajahan gunung dan InsyaAllah siap jika diminta untuk terlibat dalam misi pencarian orang tersesat di hutan. 

Bagi masyarakat yang ingin melakukan kontak terkait upaya pelacakan (tracking) atau pencarian orang hilang atau tersesat di gunung dapat menghubungi Pawang Aceh Tracker di nomor Whatsapp 0851-2658-9466 atau bisa DM Instagram ke akun @kausalitas322. 

Kami siap melakukan upaya yang diperlukan sebatas kemampuan. InsyaAllah.(*)

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved