Pojok Humam Hamid
Gaza di Persimpangan: Antara Puing, Politik, dan Harapan
Penilaian kerusakan gabungan PBB, Bank Dunia, dan Uni Eropa memperkirakan total kerusakan mencapai US$53,2 miliar
Penilaian kerusakan gabungan PBB, Bank Dunia, dan Uni Eropa memperkirakan total kerusakan mencapai US$53,2 miliar, dengan kebutuhan sekitar US$20 miliar hanya untuk tiga tahun pertama.
Namun, angka-angka itu hanyalah permukaan dari krisis yang lebih dalam--karena rekonstruksi Gaza tak hanya harus membangun kembali bangunan, tetapi juga harus melalui negosiasi dan kompromi politik yang rumit.
Upaya internasional mulai terbentuk setelah gencatan senjata yang dimediasi AS, Qatar, dan Mesir pada Oktober 2025.
Namun gencatan senjata ini rapuh, dan implementasi rencana perdamaian 20 poin menghadapi hambatan dari berbagai arah.
Baca juga: Untuk Pertama Kalinya, Bendera Palestina Berkibar di Balai Kota Toronto, Kelompok Yahudi Keberatan
Tiga Kerangka Bersaing
Saat ini terdapat tiga kerangka rekonstruksi yang saling bersaing.
Rencana pertama, didorong AS, mengusulkan pembentukan komite teknokrat independen yang tak terafiliasi dengan Hamas maupun PLO.
Komite ini akan mengelola layanan publik dan rekonstruksi selama masa transisi sampai Otoritas Palestina menjalani reformasi dan mengambil alih.
Hamas menerima prinsip ini, tetapi tidak sepenuhnya setuju pada ketentuan demilitarisasi.
Israel, di sisi lain, menolak gagasan pengembalian penuh Gaza kepada Otoritas Palestina.
Kerangka kedua muncul dari pemerintah Palestina yang mengajukan rencana lima tahun senilai US$67 miliar untuk memulihkan pemerintahan Palestina di Gaza sebagai bagian dari visi negara Palestina merdeka.
Namun Israel menolak rencana ini, menciptakan kebuntuan politik yang menghambat akses pendanaan dan pengakuan internasional.
Kerangka ketiga adalah rencana Mesir senilai US$53 miliar, yang mendapatkan dukungan Liga Arab.
Rencana ini mengusulkan masa interim enam bulan dengan komite teknokrat di bawah pengawasan Otoritas Palestina, sebagai jalan tengah di antara model AS dan pemulihan penuh Otoritas Palestina.
Namun ketiga kerangka itu justru menandai ketidakpastian besar.
Ketidakpastian, Krisis Pendanaan, dan Persimpangan Harapan
Siapa yang akan mengatur Gaza selama rekonstruksi?
Rekonstruksi Gaza
Perdamaian Palestina Israel
pojok humam hamid
opini serambi hari ini
Serambi Indonesia
Serambinews
| COP Belem 2025: Hashim, Prabowo, dan Pembangunan Berkelanjutan Wilayah Tengah Aceh |
|
|---|
| Benny K Harman dan MoU Helsinki: Dari Empati ke Sinisme Sarkastik |
|
|---|
| Samudra Pasai dan Jalur Rempah: Pusat Dunia di Ujung Utara Sumatra - Bagian XVIII |
|
|---|
| Whoosh: Utang Politik, Utang Negara, dan Akal Sehat |
|
|---|
| Zohran Mamdani, Islamophobia, dan New York “Baru” |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/humam-hamid-sosiolog-aceh-1.jpg)