HET Elpiji 3 Kg Rp 20.500 Per Tabung, Warga Subulussalam Beli Sampai Rp 35.000, Minta Ada Pengawasan

Satu per satu warga berkomentar menumpahkan uneg-unegnya terkait mahalnya harga elpiji bersubsidi itu selama ini di Subulussalam

Penulis: Khalidin | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBI/M ANSHAR
Warga antre untuk membeli elpiji 3 Kilogram di Gampong Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh, Rabu (16/9/2015). Elpiji 3 Kg dijual untuk masyarakat ekonomi lemah seharga Rp 16.000 per tabung, sementara masyarakat ekonomi mapan dianjurkan untuk menggunakan elpiji 12 Kg. SERAMBI/M ANSHAR 

Laporan Khalidin I Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Masyarakat Kota Subulussalam menanggapi beragam terkait penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) gas elpiji 3 kilogram yang baru diputuskan pemerintah setempat, Senin (10/9/2018) tadi siang.

Sebagian besar warga mengaku pesimis jika HET ini dapat terlaksana jika tanpa pengawasan dan tak sedikit membeberkan fakta harga elpiji di Kota Sada Kata itu sekarang.

Pantauan Serambinews.com pascadipostingnya berita ditetapkannya harga elpiji bersubsidi Rp 20.500,- per tabung di seluruh wilayah Subulussalam langsung menuai reaksi warganet.

Baca: Harga Elpiji 3 Kg di Subulussalam Rp 20.500/Tabung, Asisten II Setdako: Tak Boleh Naik Sepeser Pun

Pada umumnya, warganet terutama kaum ibu tampak senang atas informasi HET elpiji 3 kilogram, namun mereka meminta harus benar-benar diawasi.  

Sebab, menurut penuturan warga saat ini harga elpiji 3 kilogram di Subulussalam masih sangat mahal yakni antara Rp 30.000-Rp 35.000 per tabungnya.

Satu per satu warga berkomentar menumpahkan uneg-unegnya terkait mahalnya harga elpiji bersubsidi itu selama ini di Subulussalam.

Baca: Soal Harga Elpiji 3 Kg, Asisten II Setdako Subulussalam: Tugas Agen Antar ke Pangkalan

Seperti Tia, berkomentar jika harga Rp 20.500 hanya isapan jempol.

”Isapan jempol, buat perjanjian sih gampang, yah..tapi tolong dikawalla, entah mungkin bisa,” tulis Tia, dalam komentarnya.

“Aku bari menokor Rp 30.000 per tabung be,” timpal  pemilik akun Nurijah Nurijah Manik dalam bahasa Pakpak yang artinya, “saya kemarin membeli (elpiji 3 kg-red) Rp 30.000 lo,”.

Baca: Aceh Masih Krisis Elpiji 3 Kg, Ini Penjelasan Pihak Pertamina Aceh

Lalu dikomentari lagi oleh akun Sar Marpaung, yaitu “Kalo bisa jgn masalah harga aj di argumen kan, kalo bisa Elpiji itu benar2 tersalurkan kemasyarakat miskin. Karna di tabung tertulis UNTUK RAKYAT MISKIN.apakah pedagang MIE dan RUMAH makan masuk dalam katagori miskin?????”

Kemudian ditanggapi pula akun Diana Ginting Munthe “Kami di Runding en tong Rp 33.000,-/ tabung’ yang artinya “kami kemarin beli harganya masih Rp 30.000 per tabung”.  

Hal senada juga diungkapkan pemilik akun Sal Ma Bila  “Saya tiap hari beli Rp 30.000”.

Baca: Elpiji Bersubsidi Langka Lagi di Subulussalam

Kemudian pemilik akun Juni Tumanggor juga mengomentari jika dia membeli elpiji bersubsidi masih harga mahal “ Saya beli di pengecer 30rb.sampai 35rb pn pernah di beli krna langka,”

Umumnya, warga membeberkan harga elpiji di Subulussalam hingga kini masih berada di atas Rp 30.000 per tabung.

Lantaran itu, warga berharap agar HET yang ditetapkan bukan sekadar formalitas belaka di atas kertas tanpa ada action di lapangan.

Baca: Lagi, Elpiji Melon ‘Menghilang’

Pemerintah diharapkan menindak tegas bilamana ada pelanggaran sesuai aturan berlaku.

Selain itu, dari penjabaran komentar warganet tampaknya masyarakat belum bisa membedakan agen, pangkalan dan pengencer.

Padahal dalam alur distribusi gas bersubsidi tidak ada namanya pengencer jadi harga Rp 20.500 per tabung merupakan harga beli masyarakat di level pangkalan.

Baca: Tindak Tegas Siapa pun Penyeleweng Elpiji 3 Kg

Lantaran itu, Pemko Subulussalam harus mensosialisasikan mana-mana saja pangkalan resmi penjualan gas bersubsidi serta menempel harga sesuai HET. Sehingga masyarakat tahu dan pihak penjual tidak semena-mena menaikan harga.

Selain itu, warga juga menyatakan kekhawatirannya elpiji 3 kilogram akan naik dengan dalih langka.

Sebab, selama ini melambungnya harga elpiji melon di sana akibat langka.

Warga pun heran mengapa bisa elpiji bersubsidi itu menjadi langka padahal kuota per hari sebanyak 1.680 per hari kecuali tanggal merah atau hari libur.

Baca: Penyaluran Elpiji Bersubsidi belum Tepat Sasaran

Warga juga meminta pemakaian gas bersubsidi di restoran atau kafe ditertibkan termasuk konsumen yang menengah ke atas.

”Karena gas 3 kilogram itu kan untuk warga miskin, maka yang kaya dan rumah makan atau restoran apakah masuk kategori miskin,” kata Sar Marpaung.

Seperti diberitakan, Pemko Subulussalam telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET)  Liquefied Petroleum Gas (LPG) isi 3 kilogram atau LPG bersubsidi di daerah ini sebesar Rp 20.500 per tabung tanpa terkecuali.

Hal ini disampaikan Asisten II Setdako Subulussalam, Lidin Padang yang dikonfirmasi Serambinews.com, Senin (10/9/2018) usai menggelar rapat terkait penetapan HET LPG 3 Kg di Kantor Wali Kota Subulussalam.

Baca: Polisi Warning Pedagang Elpiji

Menurut Lidin, rapat yang dipimpin Wakil Wali Kota Subulussalam Salmaza dihadiri dua agen pemasok gas bersubsidi di sana yaitu PT Laut Tawar Beuna Gas serta Rizqi Berasaudara milik UD Syafriadi Manik termasuk sejumlah unsur lainnya seperti Dinas Perhubungan, Kadisprindagkop UKM dan lainnya.

Dalam rapat tersebut, kata Lidin, sempat terjadi adu argumen antara pemerintah dengan agen penyalur yang mempertahankan harga mencapai 22.500.

Namun, lanjut Lidin, pihaknya yang sudah mempelajari aturan keukeuh untuk menetapkan harga paling tinggi Rp. 20.000.

Baca: Harga Elpiji 3 Kg Mahal, Mahasiswa Singkil Sebut Program Pembagian Kompor dan Gas Bagai Jebakan

Akhirnya, lanjut Lidin disepakti harga eceran tertinggi LPG 3 kilogram sebesar Rp 20.500 per tabung di tingkat pangkalan atau harga konsumen.

Harga ini, menurut Lidin berlaku seluruh pangkalan di wilayah Kota Subulussalam tanpa terkecuali.

"Jadi ini harga seluruh wilayah Subulussalam baik di Simpang Kiri atau kecamatan lain harganya sama. Artinya, Rp 20.500 per tabung  ini harga beli masyarakat ke pangkalan, tidak boleh dinaikan sepeser pun," tegas Lidin (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved