Kupi Beungoh

Belajar Dari Kisah Nabi Musa AS: Melawan Kesombongan Dengan Kesombongan, Namun Tetap Rendah Hati

Dalam ayat tersebut Allah menceritakan tentang kesombongan,  kesewenangan, keangkuhan, kesombongan,  congkak, arogannya seorang penguasa

Editor: Amirullah
ist
Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar Raniry Banda Aceh. 

Selain itu, untuk mengalahkan kesombongan Firʻaun,  Allah memberikan Nabi Musa AS kehebatan dalam bentuk tangannya Nabi Musa AS mengeluarkan cahaya,  tentang ini Allah sebutkan dalam QS. Al -Araf:108, yang artinya:

 "Dia menarik tangannya, tiba-tiba ia (tangan itu) menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihat(-nya)." (QS Al A'raf: 108)

Lalu, dalam bentuk lainnya Allah tunjukkan dalam bentuk pukulan tongkat  pukulan tongkat

Nabi Musa AS bisa mengeluarkan air. Hal ini terjadi saat Nabi Musa AS dan kaumnya hidup di gurun yang tandus, berkaitan hal Ini Allah sebutkan dalam Al Qur'an surat, Al Baqarah: 60) yang artinya:

"(Ingatlah) ketika Musa memohon (curahan) air untuk kaumnya. Lalu, Kami berfirman, "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!" Maka, memancarlah darinya (batu itu) dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan." (QS Al Baqarah: 60).

Baca juga: Nikah Siri, Siapa Yang Rugi?

Selain itu untuk melawan kesombongan Firʻaun,  Allah berikan kepada Musa AS kemampuan membelah Laut Merah menggunakan tongkatnya. Peristiwa ini terjadi tatkala ia dan kaum Nabi Musa AS, berada dalam kejaran Firaun dan bala tentaranya. Kisah ini diceritakan dalam surah Thaha ayat 77-79, yang artinya

"Sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, "Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari dan pukullah laut itu untuk menjadi jalan yang kering bagi mereka tanpa rasa takut akan tersusul dan tanpa rasa khawatir (akan tenggelam)." Firaun dengan bala tentaranya lalu mengejar mereka (Musa dan pengikutnya), tetapi mereka (Firaun dengan bala tentaranya) digulung ombak laut (yang dahsyat) sehingga menenggelamkan mereka. Firaun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi (mereka) petunjuk.

Fir'aun sudah sudah tiada,  namun orang orang yang mewarisi sifat sifat Fir'aun tentu akan ada sampai akhir zaman.

Dari kisah Firʻaun,  dapat menjadi nasehat bagi setiap diri seorang muslim bahwa kesombongan itu, akan mempersulit diri bahkan bisa menghancurkan diri.

Baca juga: Pemuda Dan Kejayaan Islam

Dari kusah Nabi Musa dan Firʻaun tersebut juga bisa menjadi nasehat terkadang kesombongan itu harus dilawan dengan kesombongan yang sama  atau lebih,  namun dengan tetap  rendah hati, dengan tidak bermaksud  menyombongkan diri, bukan niat menjatuhkan lawan, melainkan hanya ingin mengobati kesombongan menjadi rendah hati, dan merakyat.

Tentunya terlebih dahulu mesti dilakukan dengan cara hikmah,  nasehat dan akhlak yang baik, sikap yang baik, kata kata ang baik.

Namun apabila dengan cara yang baik kesombongan itu tidak merunduk, masih tetap congkak,  maka dapat di gunakan kesombongan yang sama untuk melawannya,  seperti jabatan yang lebih tinggi,  status sosial yang lebih tinggi,   relasi yang memiliki jabatan yang lebih tinggi,  dengan niat  untuk mengubah kesombongan dan kesewenangan kepada kasih sayang dan keta'atan kepada Allah SWT.

Wallahu'alam,  moga  bermanfaat.

 

*) PENULIS Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar Raniry Banda Aceh.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DISINI

 

 

 

 

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved