Kupi Beungoh
Korupsi, KPK, dan Perdamaian Aceh IX - Irwandi Bebas 2018 dan Rute Baru KPK via Merin
Kalaulah tuntutan terhadap Merin dikaitkan dengan pasal pemerasan, ancaman, atau apapun namanya yang tergolong kriminal, Merin dipastikan bersalah.
Ahmad Humam Hamid*)
MENURUTI “norma” pada masa itu, dipastikan hampir semua yang namanya “proyek” pembangunan di Sabang dan kawasan Pulo Aceh yang didanai berbagai sumber, tidak mungkin terlepas dari jangkauan Merin dan anak buahnya.
Yang namanya proyek, baik besar maupun kecil tidak akan pernah bisa bebas beroperasi tanpa “berdamai” dengan “penguasa” wilayah itu.
Apakah praktek seperti itu hanya berlaku di Sabang dan kawasan Pulo Aceh?
Sama sekali tidak.
Sesuai dengan apa yang telah dipaparkan di alenia terdahulu, kejadian yang dijalani oleh Merin dengan berbagai proyek pembangunan di Sabang dan Pulo Aceh juga diparaktekkan secara meluas.
Yang namanya Aceh, mulai dari Banda Aceh sampai ke batas Aceh- Tamiang, Kutacane, dan Subulussalam tetap mengalami kejadian yang serupa, dengan kadar yang mungkin sama, dan juga berpeluang berbeda.
Kalaulah tuntutan terhadap Merin dikaitkan dengan pasal pemerasan, ancaman, atau apapun namanya yang tergolong kriminal, Merin dipastikan bersalah.
Saya pribadi tetap melihat Merin, dan sejumlah Merin lain di daratan Aceh bersama kawan-kawannya pada masa itu sebagai kriminal murni, yang menggunakan “franchise” eks kombatan Aceh Merdeka.
Penggunaan kata “transisi” dalam narasi perdamaian telah menjadi kata keramat, untuk semua pihak menahan diri, bahkan ketika Merin dan kawan-kawannya melakukan sebaliknya.
Perdamaian Aceh pada masa itu kemudian menjadi sangat kompleks.
Kompleksitas itulah yang pernah membuat Irwandi Yusuf berkelahi paling kurang dua kali dengan eks kombatan pada 2008, karena mereka berbicara kasar dan mengancam staf gubernur Irwandi di depan kamar kerjanya.
Hilang kesabarannya, lalu ia memukul dan berkelahi.
Setelah dilerai, nampak ia menyesali, dan kemudian mengeluarkan uang dari dompetnya, memberikannya kepada orang yang dibogemnya, dengan pandangan mata yang marah, sekaligus haru dan sendu.
Baca juga: Korupsi, KPK, dan Perdamaian Aceh VIII - Merin: Perampok, Pemeras, Atau Robinhood?
Kompleksitas itulah yang membuatnya mengalami stroke, yang kalau tak sempat diterbangkan ke Singapore pada masa itu, sejarah Aceh akan lain ceritanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.