Kupi Beungoh
Epidemi Narsisme dan Tumpasnya Kewarasan
Tulisan ini bentuk refleksi dan kritik sosial terhadap fenomena dan dinamika masyarakat yang terseret gelombang industrialisasi teknologi dan medsos
Sadar atau tidak, setelah narsisme, eksistensi (ingin di afirmasi oleh banyak orang) kecenderungan dari kita ingin mendapatkan pantulan dari jawaban kita.
Jean-Paul Sartre pernah berkata “in this world its is much easier to hear the echo than the answer”. Terasa lengkap kebahagian semu yang didapatkan berdasarkan kebenaran kuantitatif.
Greta Thuberg adalah seorang aktivis lingkungan yang berasal dari negara Skandinavia, ia memiliki followers sebanyak 14,8 juta.
Kendall Jenner salah seorang aktris berasal dari Amerika dengan followers 228 juta, ini merupakan trade off letak narsisme manusia dan kewarasan yang hilang.
Greta Thunberg sudah berjuang hampir 5 tahun lebih dan fokus pada pemanasan global dan perubahan iklim.
Dengan usia yang terbilang masih remaja ia berani speak up di depan semua pemimpin dunia berhadap hadapan dengan argumentasi yang benar,
Sedangkan Kendall Jenner hanya seorang entertain, seorang aktor penghibur, tetapi memiliki ketertaikan yang sangat besar den bahkan ingin meniru semua hal yang berkiatan dengannya dari fashion hingga kehidupan secara keseluruhan.
Artinya hal yang sangat urgensi seperti di perjuangkan oleh Greta terlihat buta dan terdengar tuli.
Padahal kita sedang mengalami pemanasan global dan perubahan iklim yang begitu serius.
Baca juga: Why Not The Best? Alasan Surya Paloh dan NasDem Pilih Anies Baswedan sebagai Capres 2024
Lantas, kemana kewarasan kita melihat fenomena seperti ini. Berawal dari penyakit narsisme ini, generasi muda ini jika terus terusan tidak di pupuki dengan ilmu pengetahuan dan tradisi intelektualitas yang harus di rawat, maka kita akan sampai pada kematian kewarasan yang sebenar benarnya.
Memperluas khazanah ilmu pengetahuan dalam kehidupan adalah jalan keluar dan solusi dari permasalahan generasi yang masih memiliki kesadaran mistis (kesadaran ikut-ikutan) dan mudah memar terhadap kritik.
“ Seorang narsis menggambarkan dirinya sebagai koran atau tidak sealah dalam segala aspek. Mereka akan tersinggung oleh kebenaran tapi apa yang dilakukan dalam kegelapan akan menjadi terang. Waktu memiliki cara untuk menunjukkan warna asli orang” (Karla Grimes)
*) PENULIS adalah Penulis Lepas | Pecinta Kupi Phet | Kader Muda Partai NasDem Aceh
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI
| MBG “Mimpi Buruk” Membangun Generasi Cerdas |
|
|---|
| Meretas Makna di Balik Gelar Pendidikan Tinggi dalam Dinamika Profesi dan Pergulatan Makna Hidup |
|
|---|
| Perubahan Wajah Epidemi HIV di Aceh, dari Isu Medis ke Krisis Sosial Remaja |
|
|---|
| Perlindungan Anak vs Pendidikan Moral: Saat Regulasi Menyimpang dari Amanat Konstitusi |
|
|---|
| Saat Buku Fisik Mulai Tersisih oleh Layar |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Teuku-Muzwari-Irza-adalah-Penulis-Lepas-Pecinta-Kupi-Phet_2023.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.