Kupi Beungoh
Pentingnya Waktu Suami Untuk Istri Dan Anak
Kebiasaan bapak-bapak sebelum menikah, ngumpul dengan kawan-kawan untuk pekerjaan, untuk hobi, atau sekedar mengisi waktu untuk ngopi, bercanda.
Oleh: Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag
Kebiasaan bapak-bapak sebelum menikah, ngumpul dengan kawan-kawan untuk pekerjaan, untuk hobi, atau sekedar mengisi waktu untuk ngopi, bercanda.
Lalu setelah menikah, kebiasaan ini masih berlanjut, susah diubah bagi sebagian mereka.
Akibatnya sebagian besar istri, kecewa, sedih, merasa lelah, bahkan ada yang stres, depresi karenanya.
Cemburu, kesal melihat suaminya menghabiskan waktu siang malam diluar rumah dengan kawan-kawan, lalu sampai dirumah sibuk dengan handphone.
Sedangkan istri setelah menikah siang malam di rumah dengan pekerjaan yang tidak pernah habis-habis.
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku” (HR. At-Tirmidzi)
Baca juga: Petugas Partai, Anies, dan All The President’s Men
Aktivitas istri di rumah, yang tidak pernah habis, menoton, berganti hari, berganti minggu dan berganti tahun masih dengan pekerjaan yang sama.
Pekerjaan rumah yang sangat menguras emosi, waktu, energi, pemikiran dan tenaga, sampai tidak jelas waktu makan, waktu tidur dan istirahat.
Setiap hari harus mengurus pekerjaan yang sama, mengurus rumah, melayani suami, mengurus anak-anak, mengurus dapur, memasak, mencuci baju, mencuci piring dan menggosok baju tidak lupa belanja, tidak bisa lari sedikitpun seorang istri dari pekerjaan rutin tersebut.
Semua pekerjaan ini tidak bisa di tunda, karena bisa rumit, bisa berantakan, di rumah bisa kacau balau.
Ini dapat dilihat ketika seorang istri sakit, semua menjadi kacau, anak-anak kacau tidak ada yang mengurus, suami stres, rumah berantakan, gak ada yang masak pada kelaparan, intinya kacau.
Kalau misalnya ada suami yang merasa tidak penting tidak perlu memperhatikan kebutuhan dan kemauan istri karena merasa sudah memberikan uang belanja, perlu di catat istri bukan pembantu. Istri adalah amanah dari Allah dan orang tua.
Jika ada laki-laki yang punya banyak uang, merasa sudah memberikan uang kepada istrinya, perlu dicatat bahwa istri itu tidak hanya butuh uang belanja, tapi dia juga butuh hiburan, perhatian dan waktu bersama suami dan keluarga besarnya.
Kalau suami merasa dan berfikir dengan uangnya yang banyak bisa membeli semuanya, ini perlu dicatat tidak sanggup membayar jasa seorang Istri, terutama dalam hal ketulusan melayani suami, mengurus dan mendidik anak untuk bekal akhiratnya.
Baca juga: Resep Minuman Herbal dr Zaidul Akbar, Ampuh Atasi Pegal-pegal Usai Mudik Lebaran, Cuma 8 Bumbu Dapur
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.