Kupi Beungoh
Pertalian Keilmuan Habib Abdurrahman Az-Zahir
Dalam salah satu khutbahnya di Masjid Raya Baiturrahman, beliau menyampaikan tentang sosok Habib Abdurrahman Az-Zahir yang pernah belajar di Al-Azhar
Ketiga, Habib Fadhil bin Alwi Al-bin Sahil Khailah di Turki. Beliau merupakan salah satu keluarga habaib yang memiliki pengaruh di Kesultanan Turki Usmani.
Habib Fadhil lahir di Wilayah Kerala dan tumbuh kembang di sana sampai beliau menjadi tokoh berpengaruh di Turki.
Sayid Fadhil datang ke Turki melalui Mesir pada tahun 1853 M dengan rekomendasi dari Syeikh Abbas Pasha (perwakilan Kesultanan Turki Usmani di Kairo).
Pada periode Sultan Abdul Aziz (1861-1876), beliau diangkat menjadi penasehat sultan dan juga aktif dalam mensyiarkan Islam melalui belajar mengajar di Turki.
Tokoh ini merupakan salah satu guru dari pada Habib Abdurrahman Az-Zahir sebagaimana yang tersebut dalam manuskrip koleksi museum Aceh.
Sehingga tidak mengherankan apabila sultan Aceh meminta bantuan kepada Turki pada abad ke-19 M, Habib Fadhil merekomendasikan Habib Abdurrahman Az-Zahir untuk datang ke Aceh dalam misi menyelesaikan dan membantu Kesultanan Aceh pada saat itu.
Diantara jasa-jasa beliau adalah mengumpulkan dana dan melakukan renovasi Mesjid Raya Baiturrahman, mendamaikan konflik internal dalam keluarga kesultanan, menertibkan pada Ulee Balang yang tidak patuh kepada sultan dan juga kontribusi beliau dalam perang Hindia Belanda di Aceh.
Baca juga: Syaikh Usamah Mesir Akui Kesamaan Ajaran Dayah Darul Ihsan dengan Universitas Al-Azhar, Ini Pesannya
Habib Fadhil kembali kerahmatullah pada 2 Ra'jab 1318 H di Turki. Beliau dimakamkan disamping makam Sultan Muhammad Khan dan dihadiri oleh Sultan Abdul Hamid II beserta para pembesar Kerajaan Turki lainnya.
Beliau memiliki sejumlah karya diantaranya adalah Tarikat Al-Hanifa (1317 H), Tanbih Al-Ukala (1298 H) dan lain-lain.
Keempat adalah Habib Muhammad bin Abdul Bari Al-Ahdal. Beliau adalah seorang sayid yang berasal dari keluarga Al-Ahdal yang saleh, alim dan juga seorang munsib.
Keluarga ini merupakan inteletual yang memiliki berbagai karya dalam bidang ilmu bahasa, hadis maupun tasawuf, diantaranya adalah Habib Muhammad bin Ahmad bin Abdul Bari (w.1298 H), ponakannya, yang menuliskan kitab Ifdatu As-sadah Al-'umdah. Tokoh ini juga salah satu guru dari Habib Abdurrahman Az-Zahir di Zabid, Yaman.
Banyak tokoh-tokoh Aceh yang sejak dahulu telah menimba ilmu ke Zabid, diantaranya adalah Syeikh Abdurrauf bin Ali Al-Fansuri yang menjabat Qadhi Malikul Adil Kesultanan Aceh Pada abad ke-17 M. Habib Abdurrahman Az-Zahir belajar sejumlah ilmu bahasa, hadist dan juga tasawuf kepada Habib Muhammad bin Abdul Bari Al-Ahdal.
Sejauh ini penulis mendapati enam orang pertalian sanad keilmuan dari pada Habib Abdurrahman Az-Zahir termasuk dengan dua ulama yang pernah menjadi Syaikul Azhar di Mesir.
Baca juga: Inikah Etika dan Moral Politik yang Akan Diwariskan Jokowi untuk Bangsa?
Dua ulama mesir ini menjadi katalisator keilmuan Habib Abdurrahman Az-Zahir dalam bidang fiqh. Diantara murid Syeikh Ibrahim bin Muhammad Al-Bajuri adalah Syeikh Ahmad ad-Dimyathi Al-Makki dan Syeikh Abdul Hamid Asy-Syarwani, dimana keduanya merupakan ulama-ulama yang alim dalam hal fiqh.
Begitu juga dengan murid-muridnya Syeikh Syamsuddin Al-Anbabi diantaranya Syaikh Hasunah Al-Nawawi, Sayyid Ali Al-Bablawi dan lainnya. Pertalian keilmuan ini mempertegas bahwa sosok yang dikirim oleh sultan Turki ke Aceh bukan tokoh biasa, tetapi mempunyai kapasitas ilmu yang tinggi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.