Kupi Beungoh

“Acehnya” Almarhum Sarwono Kusumaatmaja: Laot, Blang, Uteun

Sulit membayangkan keberadaan lembaga panglima laot Provinsi Aceh yang hari ini eksis dan bangkit tanpa dikaitkan dengan nama Sarwono Kusumaatmaja.

Editor: Zaenal
ykan.or.id/serambinews.com
Kolase foto almarhum Sarwono Kusumaatmadja dan Ahmad Humam Hamid. 

Oleh Ahmad Humam Hamid*)

DALAM perbincangan sehari-hari masyarakat Aceh, ketika seseorang dikaitkan dengan tiga kata,- laot, blang, uteun -, ada konotasi tak baik, dan bahkan sangat tak terpuji.

Ketika tiga kata itu disematkan pada seseorang, itu adalah gambaran ketamakan, keserakahan,  dan nafsu berkelanjutan untuk pengumpulan materi dan penguasaan sumber daya.

Sifat buruk itu bisa saja berhubungan atau tidak berhubungan dengan penguasaan dan pemanfaatan hutan, sawah, ataupun laut, sebagai sumber kekayaan yang diperoleh.

Itulah “ikon” sumpah serapah orang kecil di Aceh ketika melihat individu yang rakus, tak bersyukur, dan selalu merasa kurang sebelum menguasai apapun yang diinginkan.

Ketika ketiga kata itu dikaitkan dengan seorang putra Sunda yang sangat terkait dengan Aceh, konotasi itu tak berlaku dan bahkan justru terbalik.

Jika kata itu dikaitkan dengan Sarwono Kusumaatmaja, maka yang terbayang adalah kesederhanaan, kepedulian, dan keberpihakan, mungkin tanpa batas, kepada rakyat, terutama rakyat kecil di Aceh.

Hanya sedikit yang tertulis dan tersiarkan bagaimana hubungan Sarwono dengan Aceh, terutama dengan laut dan hutan.

Hanya beberapa orang saja yang paling dekat dengannya yang sempat melihat bagaimana Sarwono berbuat sesuatu untuk Aceh dengan penuh perhatian dan keikhlasan.

Walaupun mungkin tidak semua, sebagian, atau bahkan secuil, kebaikan yang diperjuangkannya berhasil, Sarwono merasa sangat puas dan bahagia ketika ia bisa berbuat sesuatu untuk Aceh.

Barangkali yang dapat ditangkap adalah komitmennya berhubungan dengan tidak hanya dengan masa depan Aceh, akan tetapi juga masa depan Indonesia, dan bahkan masyarakat global.

Sulit membayangkan keberadaan lembaga panglima laot Provinsi Aceh yang hari ini eksis dan bangkit tanpa dikaitkan dengan nama Sarwono Kusumaatmaja.

Pangkalnya sangat sederhana, bermula ketika ia diangkat oleh Gus Dur untuk menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.

Ada banyak hal yang dikerjakan oleh Sarwono yang menyangkut dengan kementerian yang dipimpinnya, yang tak perlu diceritakan di sini.

Namun, ada sesuatu yang ia lakukan dengan tegas yang kemudian menjadi catatan sejarah kelautan dan perikanan nasional. Dan itu dimulai di Aceh pada tahun 1999.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved